Comments

Wednesday, 4 March 2015

NELAYAN (Potensi Laut Aceh 2 + Proposal Boat Jaring Ikan dan Bagan Apung)

Mungkin anda ingat lagu saat anda kecil dulu, kira-kira begini syairnya : “Nenek moyangku orang pelaut, gemar mengarung luas samudra, menerjang ombak tiada takut menempuh badai sudah biasa,...”. Nelayan adalah golongan dalam masyarakat yang menggantungkan hidupnya dari menangkap ikan. Ikan hasil tangkapan tidak lagi sekedar untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri untuk keluarga akan tetapi sebagian besar untuk tujuan dipertukarkan dengan kebutuhan hidup lainnya secara langsung atau dijual secara tunai di pasar. Mereka yang hanya mencari ikan untuk sekedar lauk-pauk tidak digolongkan sebagai nelayan. Di Sepanjang garis pantai Indonesia yang sangat panjang, hidup jutaan rakyat yang menggantungkan hidupnya dari menangkap ikan dan karena kemampuannya berlayar dengan ilmu navigasi turun temurunnya, mereka juga ambil bagian dalam perniagaan secara terbatas menghubungkan daerah-daerah yang terisolasi oleh lautan. Mereka secara tradisional telah menjadi penghubung pertama antara Jawa dengan Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Kepulauan Maluku, Papua, Nusa Tenggara atau sebaliknya. Kekayaan Indonesia tidak perlu diragukan lagi keberadaannya. Dengan luas wilayah laut terbesar di dunia yaitu 5,8 juta km2, kekayaan laut Indonesia sangatlah melimpah. Letaknya yang menjadi penghubung dua samudera dan dua benua, Samudera India dengan Samudera Pasifik, dan Benua Asia dengan Benua Australia, menjadikan Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi. Bahkan karena luas lautan yang begitu besar, dimana hampir 70% wilayah Indonesia merupakan lautan yang luas, Indonesia dikenal sebagai “ The Largest Archipelago Country in The World”. Namun, julukan tersebut tidak lantas menjadikan Indonesia sebagai negara yang mengembangkan potensi lautnya sebagai komoditas utama. Berdasarkan data yang didapatkan dari Bappenas, kontribusi sektor perikanan Indonesia hanya US$ 1.76 milyar atau sekitar 20%. Padahal di negara lain khususnya negara kepulauan, kontribusi sektor perikanan terhadap GDP masing-masing negara sangat besar. Contohnya adalah Islandia, yang sektor perikanan nya menyumbangkan kontribusi sebesar 65%. Negara lain adalah Norwegia 25%, Korea Selatan sebesar 37%, RRC 48.4%, dan Jepang 54%. Bahkan China yang hanya memiliki luas perairan 8,8% dibanding Indonesia memilki kontribusi sebesar US$ 34 milliar. Sangat disayangkan, mengingat potensi perikanan Indonesia yang besar yakni potensi perikanan tangkap Indonesia lebih dari USD 15 milliar, perikanan air tawar lebih dari USD 6 milliar, dan perikanan budidaya tambak dan udang windu sebesar USD 10 milliar. Jika ditilik lebih mendalam, ada beberapa hal yang menjadikan sektor perikanan Indonesia tidak berkembang, yakni Infrastuktur yang minim, kebijakan yang tidak berpihak pada pengembangan sektor perikanan, minimnya kondisi perlengkapan dan pemahaman nelayan, serta rendahnya supporting aspects berupa bahan bakar minyak (BBM). Memang tidak salah bila Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti bermimpi bahwa setiap desa nelayan tradisional di berbagai kalangan pesisir di Tanah Air dapat memiliki bandara agar lebih mudah mengirim hasil tangkapan mereka. Menurut Susi, hal itu agar hasil tangkapan nelayan tradisional bisa langsung diangkut dan kemungkinan dapat langsung diekspor sehingga hasilnya juga bisa langsung dinikmati oleh nelayan tradisional di daerah tersebut. Sebagaimana diketahui, untuk komoditas perikanan, harga rata-rata ikan segar biasanya dihargai lebih mahal dibandingkan dengan harga rata-rata ikan yang sudah lama dibekukan. Menteri Kelautan dan Perikanan juga menyatakan keheranannya bahwa di Thailand yang garis pantainya sepersepuluh lebih kecil dari Indonesia tetapi hasil ekspornya hingga lima kali lebih besar dari Indonesia. Nah, berdasarkan uraian diatas, maka alangkah menyedihkan bila ternyata saat ada bantuan untuk nelayan, juga disunat oleh oknum pelaksana proyek bantuan tersebut, semua pihak yang terlibat ikut dalam pemotongan dana bantuan tersebut sehingga akhirnya bantuan yang diterima nelayan hanya sekitar 50% saja. Dan terlepas dari semua itu, potensi usaha nelayan sangat baik, sehingga perlu terus kita support. Berikut saya lampirkan proposal boat nyaring ikan untuk yang memerlukannya, silahkan download disini, berikut rencana anggarannya disini. Bagi yang ingin menjalankan usaha penangkapan ikan yang lebih besar seperti usaha palong ikan (Bagan Ikan) silahkan download proposalnya disini, dan rencana pembiayaannya disini. Semoga berguna dan bisa meningkatkan usaha perikanan kita.

Related Posts:

  • A Mind at a Time : Menemukan Bakat Istimewa AnakPikiran, adalah bentuk materi yang bersifat misterius yang dikeluarkan oleh otak. Aktivitas utama pikiran ini adalah berusaha keras mengetahui ciri-cirinya sendiri, kegagalan atas upaya ini desebabkan oleh fakta bahwa pikiran… Read More
  • How To Read a BookMembaca tulisan Mortimer J. Adler & Charles Van Doren yang telah ditranlate ke Bahasa Indonesia dan dipublikasikan tahun 2007 setelah buku ini direvisi pada tahun 1972, maka yang teringat oleh saya adalah betapa lambatnya kit… Read More
  • KENANGAN pada KORBAN TSUNAMITsunami Aceh Desember 2004 sudah berlalu 10 tahun, namun bagi diriku dan kebanyakan diantara kita, peristiwa itu seakan baru saja terjadi kemarin, dan setiap pembicaraan akan tsunami selalu membuat mata berkaca-kaca dan suara… Read More
  • ACEH : PART. 1, NEGATIVISMACEH TRANSPARENCY IN HISTORY AND CULTURAL RESOURCES DEVELOPMENT YOUNG GENERATION ACEH FUTURE) PART 1 Negativism Quite a lot of writing about the people of Aceh and written by someone, either by Acehnese, and foreigners, espe… Read More
  • KERAMBA IKAN KERAPU (Potensi Laut Aceh) Sebagai negara kepulauan (juga dikenal sebagai negara maritim), Indonesia memiliki perairan yang sangat luas, dimana 75% dari luas negara Indonesia berupa perairan laut dengan panjang pantai mencapai 81.000 Km, dan Zona Eko… Read More

0 komentar:

Post a Comment

SHARETHIS

Share artikel ke: Facebook Twitter Google+ Linkedin Technorati Digg Lintasme