Comments

Gedung Balai Pemuda merupakan Gedung Kontrolir Belanda yang direhab dan menjadi Pusat Kegiatan YPKGM sebelum tsunami

Tsunami Desember 2004 membuat Balai Pemuda rata dengan tanah

Gedung Pusat Belajar Anak yang dibangun kembali tahun 2009 di Leupung

Perpustakaan bantuan BRR ukuran 4 x 8 m

Ruangan yang disiapkan untuk ruang baca, namun kini masih dalam kondisi terbuka menunggu ularan tangan donatur

Ruang Meeting saat dirental oleh Partai Politik saat persiapan kampanye

Ruang Meeting - Disewakan untuk umum

Perpustakaan kondisi saat ini

Bimbingan Membaca dan Menulis bagi anak-anak di Pusat Belajar Anak - Perpustakaan YPKGM

Belajar Komputer untuk Anak di Pusat Belajar Anak di Leupung

Kelompok Tarian binaan Pusat Belajar Anak di Leupung

Anak dan Nenek seperti ini yang menjadi prioritas YPKGM untuk dibina

Agar Anak mendapat tempat membaca yang lebih nyaman dan tidak seperti ini yang menjadi alasan YPKGM membuka Pusat Belajar Anak

Anak ini yang menjadi prioritas YPKGM untuk dibina

Membawa anak-anak rekreasi kepantai salah satu upaya YPKGM agar anak-anak tidak jenuh dan tetap gembira

Membaca merupakan upaya membuka cakrawala pikir anak

Hasil latihan anak-anak akhirnya dituangkan dalam mengikuti Festival dan pertunjukan untuk umum

Hasil latihan anak-anak akhirnya dituangkan dalam mengikuti Festival dan pertunjukan untuk umum

Tuesday 4 May 2010

INDONESIA BISA

INDONESIA BISA

Pelajar Indonesia menca tatkan rekor prestasi di kompetisi ilmiah tingkat dunia. Tujuh medali emas mereka sabet dari International Conference of Young Scientists (ICYS) ke-17 di Denpasar, Bali.

Ini melebihi perolehan medali tahun lalu di kompetisi yang sama di Polandia dengan enam medali emas.

Sonny Lazuardi, siswa Sekolah Menengah Atas Negeri 5 Bandung, misalnya, meraih medali emas setelah menyajikan hasil penelitian tentang antivirus khusus untuk flash disk. Adapun Oki Novendra, siswa SMA Negeri 1 Bogor, menyabet gelar juara pertama setelah memakai matematika terapan untuk menjelaskan kematian Michael Jackson.

Kabar baik juga datang dari sejumlah perguruan tinggi. Lama terpuruk dan diremehkan di tingkat dunia, satu per satu universitas di Indonesia bangkit. Baru-baru ini, sejumlah lembaga pemeringkat universitas dunia menempatkan beberapa perguruan tinggi Indonesia dalam ranking 500 terbaik universitas dunia.

Mingguan US News, yang membuat pemeringkatan QS World University Ranking, misalnya, awal tahun ini menyebut Universitas Indonesia menempati peringkat ke-201 dunia, mengungguli Universitas Iowa, Amerika Serikat. Universitas Gadjah Mada berada di atas Universitas George Washington dan Universitat Hamburg.

Untuk kategori teknik di wilayah Asia dan Timur Tengah, menurut US News, Institut Teknologi Bandung masuk urutan ke-11, mengungguli Nanyang Technological University, Singapura, yang berada di posisi ke-27 dan Universitas Tokyo di posisi ke-18.

Saatnya menuju pentas dunia. PARA PENDULANG EMAS Mereka menjadi penghibur di tengah situasi negeri yang muram oleh urusan korupsi, kekerasan, terorisme. Mereka meraih emas, mengibarkan Merah Putih di dunia. Berikut ini sebagian kecil di antaranya, dalam tiga tahun ke belakang.

2010 7 medali emas (juara umum) International Conference of Young Scientists 2009 6 medali emas (juara umum) International Conference of Young Scientists 6 medali emas Olimpiade Sains/Matematika untuk Sekolah Dasar 1 medali emas Olimpiade Fisika Internasional 1 emas Olimpiade Biologi Internasional 2008 2 medali emas Olimpiade Fisika Internasional 3 emas Olimpiade Matematika Internasional 1 emas Olimpiade Sains/Matematika untuk Sekolah Dasar 1 emas Olimpiade Kimia Internasional 5 emas Kontes Matematika Dunia Po Leung Kuk 4 emas Olimpiade Sains Junior Internasional 4 emas Olimpiade Astronomi Internasional (TJANDRA).

Sunday 2 May 2010

Daun Sirsak Untuk Obat Kanker

Hasil penelitian di AS & Jepang à silahkan diverifikasi ke berbagai sumber lainnya

Caranya:
10 lembar daun sirsak yang tua direbus dengan tiga gelas air hingga menjadi 1 gelas.
Diminum 2 X setiap hari.

Khasiatnya: dapat membunuh sel2 kanker jahat di tubuh penderita dengan tidak merusak sel2 lainnya.

Hasil ini lebih baik daripada Kemoterapi (karena Kemoterapi dapat merusak seluruh sel2 di tubuh penderita).

Tuesday 20 April 2010

Emas di Aceh

Batu 'Emas' Muncul Pasca Gempa 7,2 SR di Aceh

Semburan lumpur sempat membuat panik warga kepulauan Haloban. Ada kabar muncul pulau baru.

Semburan lumpur muncul dari bawah permukaan laut di Kepulauan Banyak Kabupaten Aceh Singkil, pasca gempa berkekuatan 7,2 pada skala Ricter, Rabu 7 April 2010 lalu.

Dan yang mengejutkan adalah semburan pasir dan lahar di Perairan Haloban. Semburan itu mengangkat batu berwarna kuning dari perut bumi. Warga percaya bahwa bongkahan batu berwarna kuning itu mengandung emas.

Camat Pulo Banyak, Safnil mengatakan, puluhan nelayan kepulauan Haloban, menyelam dibawah permukaan laut sedalam lima meter mendekati semburan pasir untuk mencari emas, sejak sepekan terakhir.

“Saya beberapa hari lalu sudah ke lokasi untuk melihat langsung, warga menyelam ke dasar laut dengan peralatan seadanya,” kata Safnil, saat dihubungi VIVAnews, Selasa 20 April 2010.

Menurut Safnil pihaknya telah memperingatkan warga untuk menjauh dari semburan pasir dan lumpur tersebut, karena khawatir terhadap keselamatan warga. Namun kata dia, warga masih terus berusaha mencari bongkahan batu emas didekat semburan pasir tersebut.

Safnil juga mengatakan, pihaknya masih menunggu kedatangan tim peneliti dari Dinas Pertambangan dan Energi Aceh, dan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Pusat, untuk meneliti semburan Lumpur bercampur pasir tersebut.

“Kepastiannya besok mereka sampai ke Pulau Banyak, mereka sedang dalam perjalanan sekarang,” katanya.

Pasca gempa bumi berkekuatan 7,2 skala Richter yang berpusat di laut Simeulue, warga Kepulaun Banyak, Kabupaten Aceh Singkil dikejutkan dengan ditemukannya semburan lumpur bercampur pasir di kawasan Laut Haloban, pekan lalu.

Titik lokasi semburuan berada lima meter dibawah permukaan laut.

Munculnya semburan lumpur tersebut juga sempat membuat panik warga kepulauan Haloban. Pasalnya, beredar kabar akan muncul pulau baru yang akan menengelamkan pulau kecil lainnya.

Kini lokasi semburan telah diberi nama oleh warga sekitar sebagai ‘Gosong Wulawan’ atau dalam bahasa warga Haloban disebut 'Karang Emas'. (wm)
Laporan Muhammad Riza | Aceh
• VIVAnews

Tehnik Membaca Cepat

Sering kali, jika seorang mahasiswa mendapat tugas skripsi atau makalah, dia merasa tegang melihat banyaknya buku yang harus dibaca. Jika dia tidak membaca, tulisannya akan terasa dangkal. Akan tetapi, untuk membaca bahan bacaan yang banyak dan tebal, dia merasa tidak sanggup.
Demikian juga dengan profesional atau karyawan. Mereka sadar, dengan membaca bisa meningkatkan pengetahuan dan wawasannya. Namun, kapan dia bisa membaca jika setiap kali pulang ke rumah badan sudah sangat capek.
Sebenarnya masalah membaca bisa diatasi jika memiliki keterampilan membaca cepat. Salah satu Presiden Amerika Serikat, Theodore Roosevelt, di tengah kesibukannya masih bisa membaca tiga buku setiap harinya. Sedangkan Presiden John Kennedy diketahui bisa membaca 1.000 kata per menit.
Dengan memiliki keterampilan membaca cepat, maka bisa membantu kita dalam melaksanakan penelitian dan mencari dengan cepat keterangan atau informasi yang dibutuhkan.
Kunci untuk bisa membaca dengan cepat adalah kesadaran bahwa tidak setiap kata yang tercetak di dalam buku harus dibaca. Dan, tidak semua detail dalam bacaan itu harus dipelajari.
"Sayangnya, banyak pembaca yang merasa bersalah jika tidak membaca keseluruhan kata dalam kalimat. Padahal, cara seperti itu tidak efisien karena menghabiskan waktu," kata Soedarso, penulis buku Speed Reading: Sistem Membaca Cepat dan Efektif dalam seminar membaca cepat yang diselenggarakan Gramedia Penerbit Utama pada Gramedia Fair di Jakarta, Kamis (22/7).
SEBELUM memulai belajar membaca cepat, hitunglah dulu kecepatan membaca yang dimiliki. Seseorang baru dikatakan mampu membaca cepat jika bisa membaca 1.000 kata per menit.
Cara menghitung kecepatan membaca adalah carilah teks bacaan yang memiliki kolom yang sama, seperti kolom koran. Hitunglah dalam satu baris ada berapa kata. Misalnya setiap baris rata-rata memiliki lima kata. Kemudian mulailah membaca dalam satu menit. Hitung berapa baris yang bisa dibaca, lalu kalikan jumlah kata yang ada dalam satu baris. Angka yang didapat dari perkalian itu merupakan angka kecepatan membaca.
Langkah pertama untuk mempercepat keterampilan membaca adalah berani membuat prioritas membaca. Jangan membaca yang tidak dibutuhkan. Buatlah katagori bacaan apa yang dapat menambah informasi, meningkatkan studi, meningkatkan karier dan pekerjaan. Jika memang masih mempunyai waktu luang, barulah membaca yang menarik perhatian.
Permasalahan dalam membaca
Banyak kebiasaan yang bisa menghambat dalam membaca cepat. Antara lain, vokalisasi atau membaca dengan mengeluarkan suara, membaca dengan gerakan bibir, menunjuk bacaan yang dibaca dengan jari, dan melakukan gerakan kepala. Ada kalanya kita mengulang apa yang dibaca karena tadi hanya membaca sepintas. Selain itu hambatan kecepatan membaca terjadi jika kita melakukan subvokalisasi atau melafalkan di dalam batin. Akibatnya, kecepatan membaca berkurang.
Soedarso mengakui, hambatan kecepatan membaca itu biasa terjadi karena ingin berkonsentrasi, menghadapi bacaan yang sulit dan penting, bermaksud menghafal, atau berada di lingkungan yang gaduh.
Selain itu, kecepatan membaca juga tergantung pada materi yang dibaca. Jika yang dibaca adalah bacaan ringan seperti fiksi maka bisa membaca dengan cepat. Namun, jika yang dibaca adalah bahan penelitian atau analisa, tentu lebih lama. "Jalan keluarnya, bacalah dulu ringkasan dari bacaan nonfiksi itu. Dengan demikian kita bisa lebih cepat memahami bacaan itu," kata Soedarso.
Untuk meningkatkan kecepatan membaca, harus dilatih keterampilan dasar, yakni membaca dengan hanya mengandalkan gerakan mata, membaca frasa bukan kata, dan cepat mengenali kata kunci. Konsentrasilah untuk mendapatkan ide dan jangan melamun. Kecepatan membaca ini bisa dilatih dalam waktu dua sampai tiga bulan.
Hal yang penting dalam membaca adalah memahami ide bacaan. Bukan mengoreksi kata per kata atau jika ada salah cetak. "Kita tidak perlu menguasai seluruh isi bacaan karena akan memperlambat membaca. Yang penting kita bisa memahami hingga 80 persen," tegas Soedarso.
Untuk memudahkan mendalami buku, kita harus menemukan ide pokok pada setiap buku yang meliputi: ide pokok buku keseluruhan, ide pokok bab, ide pokok bagian bab, dan ide pokok paragraf.
Ide pokok bisa didapat dengan cara melakukan skimming atau membaca garis besar untuk mendapatkan ide bacaan. Banyak orang mengartikan skimming sekadar menyapu halaman. Padahal, arti yang sebenarnya adalah suatu keterampilan membaca yang diatur secara sistematis untuk mendapatkan hasil yang efisien.
Kemampuan menangkap ide pokok merupakan tahapan pertama untuk memajukan pemahaman. Untuk mendapatkan ide pokok dengan cepat, pembaca harus berpikir bersama penulis, mengikuti struktur dan gaya penulisannya. Jika ada yang penting dan harus diingat, tidak ada salahnya membuat catatan kecil atau ringkasan. Ini untuk memudahkan seseorang jika suatu waktu membutuhkan kembali informasi tersebut.

Tuesday 13 April 2010

6 KESALAHAN FATAL FACEBOOKER

Menurut survey, 30% perusahaan menggunakan Facebook untuk menilai calon pegawainya. Jadi, jangan sembarang menulis atau meng-upload sesuatu di account Anda. Hindari 6 kesalahan fatal di bawah ini.

1. Foto profil yang kurang "sopan"
Sekilas tidak ada yang salah dari memasang foto profil yang menunjukkan Anda sedang berpose menggoda atau menenggak sebotol minuman keras. Namun jika foto tersebut dilihat oleh calon atasan, imej profesional Anda akan langsung runtuh.

2. Mengeluh tentang pekerjaan
Bisa berupa keluhan tentang pekerjaan yang menumpuk, atau uneg-uneg akan atasan yang tidak kompeten. Mengeluh itu wajar, namun jika Anda melakukannya di forum publik, lain lagi ceritanya.

3. Menulis sesuatu yang bertentangan dengan isi CV
Anda menulis 1984 sebagai tahun lahir Anda di dalam CV. Tapi di Facebook, tahun lahir Anda 1979. Sekecil apapun perbedaan data diri tersebut, Anda beresiko dicap tidak jujur. Minimal ceroboh dan tidak teliti.

4. Menulis status "mengadu"
Hati-hati saat menulis status seperti, "Tommy nggak masuk hari ini karena "sakit", padahal lagi liburan di Bali. Sementara aku terkurung dengan kerjaan yang menumpuk." Bukan hanya nama baik teman Anda saja yang dipertaruhkan, tapi juga kredibilitas Anda sendiri. Anda akan terlihat licik dan tidak dapat dipercaya.

5. Tidak menggunakan fasilitas Privacy Setting
Kita dapat mengatur siapa saja yang bisa melihat profil lengkap kita, siapa yang tidak bisa melihat foto-foto tertentu, dsb. Sayangnya, tidak semua pengguna Facebook memanfaatkan fasilitas ini. Bahkan banyak yang tidak mengerti atau tidak tahu sama sekali.

6. Pencemaran nama baik
Anda sudah menjaga halaman Facebook Anda baik-baik sehingga terlihat profesional. Tiba-tiba seorang teman meng-upload foto Anda yang sedang mabuk, dan tentunya tak lupa men-tag Anda. Rajin-rajinlah mengecek Facebook Anda sehingga bisa langsung menghapus konten yang tidak diinginkan.

Wednesday 7 April 2010

Bibliotheraphy Program Andalan YPKGM

TITLE OF PROGRAM

“LIBRARY AS CENTRE OF ACTIVITIES LEARNING SOCIETY”

LOCATION OF PROGRAM
Repugees Location in Banda Aceh, Aceh Besar, Sabang, Pidie, Pidie Jaya, Bireuen, and Aceh Jaya.

Back ground:
Individuals, families and communities that have been effected by disasters (natural, man made or conflict) find themselves with many immediate needs. Alongside the most obvious support for housing, shelter, water and physical need, lies an apparent but equally important need for assistance to overcome the emotional and mental impacts of disaster.

One of the emotional and mental impacts of disaster is stress and depression. An empirical and systematic study to assess the psychological needs of conflict-affected population facilitated by IOM on February 2006 in Bireuen, Pidie and Aceh Utara showed that prevalence survivors suffered from trauma, stress and severe depression and other mental health problems is very high that almost the same with founding in Bosnia or Afghanistan ( 65% from total population suffered from symptoms of depression, 69% anxiety, 34% PTSD). In addition to that, according to WHO, prevalence of depression is about 20% in all over the World.

Stress and Depression can also suffered by individuals or those who are not affected by above mention disasters. Certain condition may cause children as well as adult suffer from depression. If not taken care of well in the earlier stage, or no supports from the family and the community, stress and depression might lead to a worse condition and further more to committing suicide. Though percentage of suicide case is very low in Aceh (4 cases reported in August 2006 from the whole population), awareness on depression is considered as important to be targeted to the community particularly people affected by disaster or who are vulnerable to depression and other mental health problem. With a better understanding on this issue, the community can help themselves and help people who suffer from depression or other mental disorder and not stigmatize them.

Children today are living in a hectic and changing world. Children are often forced to adjust to numerous adverse situations as divorce, neglect and death. Many children are trying to overcome the effects of poverty, frequent moves, poor living conditions and health problems. Assaults against children are on the increase. Verbal abuse is more widespread.

Research supports the use of stories as a method for helping individuals solve problems or better understand themselves in personal growth and affirms self-growth. This method is referred to as “Bibliotherapy.” Bibliotherapy has been defined as a process or activity designed to help individuals solve problems or better understand themselves through their response to literature. Obviously this has a therapeutic effect in the psychosocial sense as well as evidenced by research findings.

Through bibliography a child can release pent-up emotions and confront pain through discussion. Bibliotherapy is a valuable technique for both treating and, as well as preventing problems during childhood. As the teacher or counselor reads the book, children can learn how to solve problems as they observe the story characters. These observations can assist children in handling their own related problems. The interaction with the adult while discussing the books can help children gain more valuable insight as they Attempt to solve problems. For many children, realizing that others have suffered in much the same way will reduce fear and shame.

Problem solving is an attribute that is found in resilient children. When children are given some autonomy in decision-making they learn they have a degree of control over their lives. They learn to assess their strengths and weaknesses and accept that coping with stressful situations in life is a natural part of growing up.

With appropriate literature, teachers, counselors, and library staff can help children develop a better sense of control over their lives through problem solving. Establishing a problem solving process through the use of bibliotherapy can help children learn ways to deal with stress constructively.

In regard to effort for increasing role of library of mobile library and village library in society, awareness raising on Mental Health problem focusing on stress and depression will be held by Yayasan Pembinaan Kegiatan Generasi Muda (YPKGM) and all concerning parties through a Bibliotherapy Training (Mental Health or Psychosocial program), leaflet distributions, and sticker to schools and pesantren in 21 sub-province also village library and mobile library in 6 sub-province in Province of NAD. The Activity network will be passed off by in Banda Aceh at from date 7 – 12 April 2008 and lifting theme Bibliotherapy for overcome problem of stress and depression at children.


Objective

There are two main objectives this activity. They are:
1. To enhance understanding to the community particularly people affected by Tsunami, earthquake and conflicts on Mental Health problems and how to cope with them.
2. Implementation program which areas are most common in stress/worry in villages.
3. to determine if bibliotherapy is beneficial in reducing stress/worry in villages.


SPECIFICATION OF PROGRAM

Mobile Library and Village Library is an education supporter program which either directly and also indirect interesting their read enthusiasm would which in the end will grow smart patterned thinking’s and self confidences flavor for pushing them continuously going forward attain dreaming of them.
The side of this read program as result of research of advance nations is an mental health therapy for children for overcoming the natural trauma of conflict and tsunami effect as statement following:
“Research supports the use of stories as a method for helping individuals solve problems or better understand themselves in personal growth and affirms self-growth. This method is referred to as “Bibliotherapy.” Bibliotherapy has been defined as a process or activity designed to help individuals solve problems or better understand themselves through their response to literature. Obviously this has a therapeutic effect in the psychosocial sense as well as evidenced by research findings.1

Through bibliography a child can release pent-up emotions and confront pain through discussion. Bibliotherapy is a valuable technique for both treating and, as well as preventing problems during childhood. As the teacher or counselor reads the book, children can learn how to solve problems as children in handling their own related problems. The interaction with the adult while discussing the books can help children gain more valuable insight as they Attempt to solve problems. For many children, realizing that others have suffered in much the same way will reduce fear and shame.”2

Life Challenges Addressed By Therapeutic Books for Children
Abuse
• Domestic Violence; Sexual Abuse; Substance Abuse
Death
• Coping with Death of a Loved One; Understanding Death & Grieving; Facing Terminal Illness
Disabilities/Interaction
• Teaching Tolerance Towards/Making Friends with the Disabled
Family Variety
• Absent or Single Parents; Adoption; Divorce; Foster/Shelter Life
Feelings (Recognizing, Understanding & Coping with)
• Anger; Bullying/Teasing; Depression; Fear; Jealousy; Sadness; Self Esteem; Shyness
Handling Social Pressures
• Body Image; Making Friends; Personal Safety (includes Drugs); Separation
Hospitalization/Visiting Doctors
• What to Expect; Overcoming Fear & Misunderstandings; Coping with Surgery
Illness/Disability/Learning Differences
• AIDS/HIV; ADHD; Asthma; Allergies; Autism; Cancer in a Child/Adult; Cerebral Palsy; Cystic ‘Fibrosis; Developmental Delay; Diabetes; Down Syndrome; Epilepsy; Deformity; Hearing/Sight Impairment; Juvenile Rheumatoid Arthritis; Liver Transplant; Multiple Sclerosis; Organ & Tissue Donation; Prosthetics; Shunts; Sickle Cell; Speech Impairment/Stuttering; Spina Bifida.
Mastery
• Building Mastery, Courage & Hope; Encouraging ‘Dreams Can Come True’ & ‘Belief in Self’; Explaining ‘It’s OK to be Different’; Using Books to Lift Children’s’ Spirits
Multicultural Tolerance
• Teaching Tolerance to Cultural Diversity
Physical Limitations
• Overcoming Physical Challenge; Reducing Prejudice about Physical Limitations
Problems in a Parent/Caregiver
• Depression; Mental Illness; Imprisonment; Unemployment
Siblings
• New Sibling Rivalry; Supporting Siblings of Sick/Special Needs Children
Wheelchair Users
• Teaching Understanding and Tolerance; How Wheelchairs Give Independence

The Value Of Bibliotherapy for Children
1. Opens & Guides Discussion
2. Answers Unanswered Questions
3. Offers Understanding & Hope
4. Children Realize they are Not Alone
5. Rewarding to Caregivers
• Empowers
• Educates
An adjunct, NOT a substitute, for therapy

RELAVANCE OF PROGRAM FOR CHILDREN

Post conflict and tsunami many activities manners which have been done for child and adolescent, but now after year elapse, disaster effect happened convalesce approximant at life activity generally, but for children and adolescent of this cure take place farther out, they peculiarly require attention is more seriously where to cure their learning motivation and learning enthusiasm which will extend their knowledge, activity require to educating and facilities preparations for the purpose. Through Mobile Library program and Village Library at special designed, we expect activity having the character of happiness and togetherness for motivating learning enthusiasm and read them can happened fulfilled.

Recommend different types of books each child has their own coping strategy for a personal problem. Referring to the divorce example, some children will want to read a book that closely parallels their own family situation. They want to read about characters that they can identify with in order to overcome feelings of isolation. Other children wanted a temporary escape from their personal problems. This may involve reading about a happy family where the parents are still married or they may want a science fiction novel (Chatton, 1988, 336). Other children may desire a book that will provides a humorous perspective on divorce (Sturm 2003). Librarians should recommend different types of books for children. For example, a librarian could recommend both a novel about divorce and a non-related fantasy novel that features a strong protagonist that may inspire the child.


RELAVANCE FOR PARENT

Pay attention and educate children is their responsibility for example bywords which will be imitated directly or indirect by their children’s. With existence of reading books as supporters or manuals in applications various form of activities in everyday lives, we expect for old fellow / educator can make this place as factor is main in guiding their children.

Through encouraging feedback about the recommended resources, librarians can learn which resources are particular effective for specific problems. Furthermore, there always the possibility that child may be unsatisfied with the resources the librarian has recommended. Encouraging the unsatisfied parent or child to provide feedback provides the librarian with another opportunity to help them.

Expected Output:

1. The community particularly people affected by Tsunami, earthquake and conflicts enhanced understanding on Mental Health Problems
2. The community particularly people affected by Tsunami, earthquake and conflicts can help themselves and people with Mental Health problems
3. Stigmatization to people with Mental Health problem can be reduced
4. Realize role of library as information center and society learning center available for assisting to overcome problems of stress and depression through program Bibliotherapy

Activities:
1. Awareness raising through Bibliotherapy activity focusing on depression and suicide. This activity is general information on Health, stress and depression consist of: what is depression, who can get depression, what to do about depression etc. The activity as a reminder that any body might suffered from Mental Health problem and it is easier to handle if family, the community and the broader society have a good understanding on such issue and support those who suffered from it.
2. Awareness raising through leaflet distributions to several locations in Banda Aceh, Aceh Besar and sub-province at entire conflict affected areas. Poster will be posted in strategic areas while stickers will be distributed to Library visitors and sticked to public or shuttle transportation to reach remote areas. Banners with depression-related message will be positioned at the cross roads. Since Leaflets, poster and stickers are long lasting and could be distributed to remote areas, it is a very handy materials for long term strategy to make this activity more than just a ceremony.
3. Teacher, counselor, trainer, and library staff can identify visitor especially children being experiencing stress and mental health is other swiftly and can give solution solving of problem of the with program Bibliotherapy where they can choose correct stories or book for faced by cases is the children, good with approach tell a story and also other techniques.
4. Bibliotherapy activity will be executed in constant and continual in village library and location visit of mobile library.

METHODOLOGY

Primary factor for executing Mobile Library program and Village Library is media / reader and reading object. In this case method which specified as indicator of efficacy of program as follows:
1. Source of reading
2. Location
3. Reader
4. Counselor

Applying of methods for inviting children hanker to read truely difficult, some of they prefer to play at compared to read. Actually factor-factor resulting lazy them and tiring of to read is:
1. Reading is more have the character of scientific
2. Too a few appearance of object / picture
3. Too thick book
4. sometimes unmatched to children imagination
5. Roaring and narrow location
6. Illiterate
7. Counselors inexistence

The factor hardly influence children enthusiasm in reading, solution for the problem earn we create with guidance of base educate children that is how creating learning atmosphere at the same time play, if the atmosphere have been created by itself they will love to reading.
Elementary pattern that way applicable based on purpose of applying of program, like reading book how which we would give, and to children after finishing of how much/many this application will. For the purpose we have to particularly group books types and after readerses.

As for stories types, race type and reading book as according to age of child of earning we group as follows:
a. Story type
1. Fictitious like Fable Snow White Princess, Cinderella etc as according to child of age of 3 - 9 year
2. Adventure story like Story The Seaman Sinbad, story of child of jungle etc as according to child of age of 7 - 12 year

b. Reading material type
1. Direct pictorial Islamic Religion book can be imagined by reader. Like history of Rasul/nabi Anak Sholeh, Neraka-surga, etc fit for age children of 9-15 Year
2. Natural sciences book with present picture / object as information either through natural, technological and imagine for age children of 9-15 year
3. Book of history of national l public and pictorial, as memory and shadow for children who is and when actually the happened for age children of 9-15 year
4. Children’s magazines for ages children’s of 9-12 year
5. Islam nuance comic for age children of 10-15 year
6. Technical book of way of quickly read which good to age children of 5-10 year
7. Floral book and fauna for age children of 6-15 year
8. Linguistic clever book I English for language enthusiast English is special to be allotted.
9. Book quickly and accurate in calculating for enthusiast calculate, special to be allotted
10. Information book education of ladder to as evidence of efficacy of children aspiration for age of 10-15 year
11. Book of skill of hand for age children of 8-15 year

STRATEGY

So that enthusiasm child and adolescent to visit library and diligent read, hence performed a various activity of supporters without forgetting purpose of the core important, that is growing read enthusiasm at child and the adolescent, so that the activity of supporter in the end claim child and the adolescent so that will read, for example Story teller which addressed for child of pre going to school and children in general, finally expected by the children will read book of source of story which submitted at story the teller, activity of drama also stimulate children for creative and create drama copy based on the storybook of library and that way further, the side is multifarious of read enthusiasm race also require to be done for motivating child of achievement and competition which will go with hard learning and effort which seriously.

LOCATION

Location target is Banda Aceh, Aceh Besar, Sabang, Pidie, Pidie Jaya, Bireuen, and Aceh Jaya is selected based on location situation which far from various educations facilities and dropping behind compared by other area.
Special for Village Library we recruit cadre from local friction citizen which will be given by training concerning bibliography beforehand and expected later can continue self the development of library where later YPKGM only acting as and builder coordinator only.

JUSTIFICATION OF PROBLEMS

According to World Bank report of No. 16369-IND, and Study of IEA (International Association Evolution of the for Education Achievement) in Asia East, lowest-level reading among children is in Indonesia with score 51.7, below The Philippines (score 52.6); Thailand (score 65.1); Singapore (74.0); and Hong Kong (75.5). Not just that, the ability of Indonesian children in mastering reading materials is also lower, only 30 %. Other data also mention, (Ki Supriyoko Kompas, 2nd July 2003), in document of the UNDP in Human Development Report 2000, that in the adult literacy rate in Indonesia was only 65.5 %. While Malaysia achieved and developed nations like Australia, Japan, UK, Germany, and generally have reached 99 %.
United Nations Development Program in the year 2003 reporting that Human development index in Indonesia is still very low, that at the level of 112 from 175 countries. One of the causes for this is that the low quality of education has had a direct impact on the economic and health sectors. Moreover we live in an era of visual stimulation. Television and videogames take precedence over reading. We do understand that to inculcate healthy reading habits can be an uphill task as there is limited quality reading materials and the unaffordability of such materials even when available. Certainly the success of this endeavor will depend on the support all the components of the community that we intend to serve.
Bibliotherapy can be used as an effective tool for helping children cope with these stressors. Children may not discuss personal problems directly with a teacher or counselor regardless on how much they like or respect them, but they can often project their own problems in a much more impersonal manner through class discussion of main characters with which he has identified. The bibliotherapeutic approach can be beneficial when working with children for the following reasons. First, through books, a child can see how others confronted and solved problems similar to the child’s. Two, a child can see how others have encountered anxieties and frustrations, hopes, and disappointments, and then apply this insight to real-life situations. Three, a child can see how others have solved problems, and with the support of the helping person, gain insight into alternative solutions.
Librarians began to compile lists of books for therapeutic purposes into two distinct forms. One form went with earlier findings of helping individuals alter feelings, thoughts and behaviors or therapeutic literature. The second form came from counselors working with librarians approving literature for individuals undergoing emotional stress . It was this second form where individuals showed change through catharsis, or identifying with the characters.
YPKGM has been running this program at 10 locations in 2 sub-provinces that is Banda Aceh and Aceh Besar, and also we need 3 car for mobile library in Sabang, Pidie, Bireuen dan Aceh Jaya.

STATEMENT OF THE PROBLEM

a. Development of activity region and progress of activity of this village library and mobile library followed also by operating expenses demand which progressively increasing, and because Institution Construction of Activity of The Rising Generation (YPKGM) don't have trust fund and also permanent donator, hence expected by is operational grants from trust grants or other party which will be able to support the operating expenses.
b. To guarantee continuity of development of read enthusiasm child and adolescent and also public hence addition of other reading material and book collection matching with requirement of era hardly required, minimum every 3 month once there is addition of new collection and there is also Newspaper and also weekly magazine or tabloid and this also require source of permanent financing.
a. As supervisor, builder, coordinator, and supporter and also executor from all the activity of libraries of Institutions Construction of Activity of The Rising Generation (YPKGM) as an institute which responsibility for the continuity of activity require to have building self property for office and children learning center.
b. Further addition of car armada for mobile library also needed to support area which not yet have village library.


CONCLUSION

Public Libraries should strive, as their resources permit, to provide bibliotherapy to individuals and developmental bibliotherapy to groups. Through providing bibliotherapy, public libraries will be providing an invaluable service to their patrons. In order for public libraries to thrive in the 21st century, public libraries must ensure that they find ways to remain a vital part of their community.


Funding:
To organize the above mention training, we proposed that Sponsorship could cover the budget. Financial reporting will be supported with document/receipt.

Monday 5 April 2010

Pengembangan Perpustakaan Sekolah sebagai Sumber Belajar

PENGEMBANGAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH
SEBAGAI SUMBER BELAJAR

I. PENDAHULUAN
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Suayatno (praktisi pendidikan YLPI Duri), menurut laporan Bank Dunia No. 16369-IND, dan Studi IEA (International Association for the Evalution of Education Achievermen) di Asia Timur, tingkat terendah membaca anak-anak di pegang oleh negara Indonesia dengan skor 51.7, di bawah Filipina (skor 52.6); Thailand (skor 65.1); Singapura (74.0); dan Hongkong (75.5). Bukan itu saja, kemampuan anak-anak Indonesia dalam menguasai bahan bacaan juga rendah, hanya 30 persen. Data lain juga menyebutkan, seperti yang ditulis oleh Ki Supriyoko (Kompas, 2/7/2003), disebutkan dalam dokumen UNDP dalam Human Development Report 2000, bahwa angka melek huruf orang dewasa di Indonesia hanya 65,5 persen. Sedangkan Malaysia sudah mencapai 86,4 persen, dan negara-negara maju seperti Australia, Jepang, Inggris, Jerman, dan AS umumnya sudah mencapai 99,0 persen.
Persoalan Membaca
Persoalan membaca yang selalu mengemuka, terutama dikalangan pelajar kita, adalah bagaimana cara menimbulkan minat baca dan cara membaca yang baik. Untuk menimbulkan minat baca dan bagaimana cara membaca yang baik terletak pada tingkat ingin tahu yang tinggi. Untuk meningkatkan ingin tahu, maka harus dihadapkan kepada persoalan yang membuat penasaran dan segera ingin mengetahuinya. Buku itu dibaca karena tingkat penasaran dan keingintahuan anak-anak tentang cerita selanjutnya. Rasa ingin tahu akan "memaksa" anak untuk membaca buku selanjutnya. Dari sikap ingin tahu itu timbullah sikap konsentrasi membaca dan tingkat fokus bacaan yang baik. Dengan demikian, terjawablah persoalan bagaimana menimbulkan minat baca dan bagaimana cara membaca yang baik itu.
Mengapa ketika membaca buku-buku ilmiah rasa bosan cepat datang dan tidak demikian halnya ketika kita membaca buku cerita? Karena membaca buku cerita tingkat ingin tahu dan rasa penasaran akan semua isi cerita buku itu lebih tinggi ketimbang membaca buku ilmiah. Inilah yang membuat kita mampu bertahan menahan kantuk ketimbang membaca buku pelajaran. Namun, minat dan objek bacaan tentu saja akan selalu berubah dengan perkembangan usia. Pada orang dewasa tingkat ingin tahu yang timbul juga semakin tinggi, maka bahan bacaannya juga akan tinggi sesuai dengan minatnya. Namun persoalan yang urgensi di sini adalah, bagaimana tingkat ingin tahu melalui bahan bacaan pada diri anak-anak bisa dan tetap terpupuk. Sehingga ketika dewasa ia terbiasa dengan membaca.
Perubahan Mental
Buku-buku petualang, cerita dongeng, atau buku semacam kisah nyata para Nabi dan Rasul, bisa membangkitkan imajinasi dan keingintahuan pada diri anak-anak. Di sinilah, peran sekolah sangat penting, bagaimana membuat lingkungan perpusatakaan penuh dengan bahan bacaan yang beragam, bukan hanya buku paket pelajaran sekolah saja seperti yang ada selama ini. Dengan timbulnya minat baca yang tinggi dan di dorong dengan tersedianya bahan bacaan yang bagus dan beragam, adalah gerbang pengetahuan yang dapat mengantarkan kepada kehidupan masyarakat yang mencerahkan. Individu masyarakat yang mencerahkan adalah individu pembelajar, atau meminjam istilah Andrian Harefa, inilah yang dikatakannya sebagai "manusia pembelajar". Manusia pembelajar dalam mencari pengetahuan dan makna hidup, bukan lagi menggantungkan diri kepada lembaga atau institusi pendidikan. Tetapi lebih dari itu, kehidupan yang dilalui dan realitas kehidupan yang dihadapinya merupakan pengalaman yang mengajarkan serta mampu mendewasakannya. Inilah yang dikatakan oleh para ahli pendidikan sekarang dengan belajar di "sekolah kehidupan".
Jadi, membaca merupakan suatu hal yang sangat urgensi dalam memajukan setiap pribadi manusia. Karena hakikat membaca adalah perubahan mental. Jika tidak ada perubahan, baik cara pandang, sikap, atau perilaku, maka seseorang belumlah dapat dikatakan membaca. Dan, "dengan membaca kita mengetahui dunia dan dengan menulis kita mempengaruhinya". Saat ini, ujung pena J.K Rowling dengan karya Harry Potter-nya, telah membuktikan bahwa menulis dapat mempengaruhi dunia.
Perpustakaan Sekolah seharusnya dapat dijadikan tempat atau sarana untuk membantu menggairahkan semangat belajar, menumbuhkan minat baca, dan mendorong membiasakan siswa belajar secara mandiri, karena perpustakaan berfungsi sebagai sarana edukatif, informatif, riset, dan rekreatif. Namun kenyataannya belum semua sekolah memiliki perpustakaan. Sedangkan sekolah yang telah mempunyai perpustakaan, belum sepenuhnya dapat memenuhi harapan tersebut, yang disebabkan oleh berbagai kendala, antara lain: (1) Lokasi perpustakaan yang kurang nyaman (kondusif), jam buka yang sangat terbatas (hanya pada saat jam istirahat sekolah), koleksi buku terbatas, fasilitas kurang memadai, dana terbatas; (2) Pengelolaan yang kurang profesional; (3) Guru kurang berpartisipasi dalam pemanfaatan perpustakaan bagi siswa; dan (4) Kurangnya koordinasi antarperpustakaan.
Berkenaan dengan hal tersebut, beberapa waktu yang lalu Badan Penelitian dan Pengembangan Depdiknas telah mengadakan seminar dengan tema "Pengembangan Perpustakaan sebagai Sumber Belajar". Seminar menyimpulkan bahwa keberadaan perpustakaan di sekolah merupakan suatu keharusan. Selanjutnya, untuk mengembangkan perpustakaan sebagai sumber belajar direkomendasikan: (1) Perlunya pengadaan perpustakaan di setiap sekolah/kecamatan; (2) Perlunya pemberdayaan sarana prasarana perpustakaan; (3) Perlunya setiap sekolah memiliki tenaga pengelola perpustakaan (pustakawan) yang profesional, yang bertugas khusus mengelola perpustakaan; (4) Perlunya guru dan siswa memanfaatkan perpustakaan sebagai sumber belajar; dan (5) Perlunya koordinasi antara perpustakaan sekolah dengan perpustakaan nasional, perpustakaan wilayah, perpustakaan umum, perpustakaan keliling, perpustakaan kecamatan, perpustakaan perguruan tinggi, dan perpustakaan khusus/instansi.
Implikasinya adalah: (1) Terdapatnya perpustakaan yang memadai di setiap sekolah/kecamatan; (2) Pendirian sekolah harus disertai dengan pengadaan perpustakaan yang memadai; (3) Pemberdayaan sarana prasarana perpustakaan yang ada, sehingga dapat menarik minat siswa untuk memanfaatkannya; (4) Pengadaan/pemberdayaan tenaga pengelola perpustakaan (pustakawan) sehingga dapat mengelola perpustakaan secara profesional; (5) Pemberdayaan guru dan siswa dalam pemanfaatan perpustakaan sebagai sumber belajar; (6) LPTK hendaknya menghasilkan guru yang dapat memanfaatkan perpustakaan sebagai sumber belajar; dan (7) Adanya ikatan kerja sama antarperpustakaan yang dapat mempermudah guru dan siswa memanfaatkan berbagai perpustakaan sebagai sumber belajar.
Berdasarkan hasil kunjungan langsung ke sekolah-sekolah di Seluruh Kabupaten Kota se Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dalam ”Kampanye Menumbuhkan Budaya Membaca Masyarakat” pada Desember 2006 yang didanai oleh Satuan Kerja Revitalisasi Kebudayaan BRR NAD-Nias dan ”Penyuluhan Minat Baca dan Kesehatan” melalui program ”Reading Activity with Smart Car” yang didanai oleh CBM International ke sekolah-sekolah di Kabupaten Aceh Jaya, Aceh Barat dan Aceh Barat Daya, maka YPKGM menemukan kenyataan yang cukup menyedihkan bahwa hampir 85% Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama yang memiliki Perpustakaan Sekolah hanya memiliki koleksi buku-bukunya hanyalah buku paket yang telah kadaluarsa sehingga perpustakaan tidak lebih dari Gudang saja, 10% diantaranya bahkan tidak memiliki Perpustakaan sama sekali, dan hanya 5% yang memiliki perpustakaan dengan fasilitas buku yang masih sangat minim dan tidak sebanding dengan jumlah siswa yang ada.
II. ISYU KEBIJAKAN / PERMASALAHAN
1. Masih terdapat sekolah-sekolah yang belum memiliki perpustakaan.
2. Perpustakaan yang ada, belum sepenuhnya dapat memenuhi harapan sebagai tempat/sarana untuk menggairahkan semangat belajar, menumbuhkan minat baca, dan mendorong membiasakan siswa belajar secara mandiri, yang disebabkan oleh berbagai kendala, antara lain:
• Lokasinya kurang nyaman/kondusif;
• Jam buka yang sangat terbatas;
• Koleksi buku terbatas;
• Fasilitas kurang memadai; dan
• Dana yang terbatas.
3. Pengelolaan perpustakaan kurang profesional, yang disebabkan oleh ketiadaan tenaga pengelola (pustakawan) yang profesional.
4. Guru kurang berpartisipasi dalam pemanfaatan perpustakaan, baik bagi dirinya sendiri maupun bagi siswa.
5. Belum adanya koordinasi antara perpustakaan sekolah dengan perpustakaan lain.
III. REKOMENDASI KEBIJAKAN
1.1. Perlunya pengadaan perpustakaan di setiap sekolah/kecamatan.
2.1. Perlunya pemberdayaan sarana prasarana perpustakaan yang ada.
3.1. Perlunya setiap sekolah memiliki tenaga pengelola (pustakawan) yang profesional, yang bertugas khusus mengelola perpustakaan.
4.1. Perlunya guru dan siswa memanfaatkan perpustakaan sebagai sumber belajar.
5.1. Perlunya koordinasi antara perpustakaan sekolah dengan perpustakaan nasional, perpustakaan wilayah, perpustakaan umum, perpustakaan keliling, perpustakaan perguruan tinggi, dan perpustakaan khusus/instansi.

IV. IMPLIKASI KEBIJAKAN / PROGRAM
1.1.1. Terdapatnya perpustakaan yang memadai di setiap sekolah/kecamatan.
1.1.2. Pendirian sekolah harus disertai dengan pengadaan perpustakaan yang memadai dari segi, antara lain:
• Lokasi;
• Jam buka;
• Koleksi buku;
• Fasilitas;
• Dana;
• Pengelolaan; dan
• Pengelola (pustakawan)
2.1.1. Pemberdayaan sarana prasarana perpustakaan yang ada, sehingga dapat menarik minat siswa untuk memanfaatkannya, misalnya:
• Mudah diakses keberadaannya;
• Mengatur ruangan menjadi nyaman;
• Menambah jam buka;
• Menambah koleksi buku;
• Membuat kartu anggota yang menarik;
• Membuat kartu pengingat yang menarik untuk mengembalikan buku;
• Siswa boleh aktif melayani sendiri; dan
• Mengalokasikan dana untuk kebutuhan perpustakaan.
3.1.1. Pengadaan/pemberdayaan pengelola perpustakaan (pustakawan), misalnya:
• Mengadakan acara mengenal perpustakaan;
• Menerbitkan daftar buku (koleksi perpustakaan) secara berkala;
• Bekerja sama dengan para guru untuk mengadakan kegiatan promosi minat baca, seperti membentuk kelompok pecinta buku, lomba minat baca, dsb.;
• Menjalin kerja sama antarperpus-takaan sekolah, kerja sama dengan penerbit, organisasi-organisasi sosial dan agama, serta pemerintah daerah untuk menyumbang koleksi perpustakaan;
• Menerbitkan majalah sekolah dan mendistribusikan kepada para siswa untuk dibaca;
• Menyelenggarakan program inovasi tentang pemanfaatan perpustakaan di sekolah;
• Menyelenggarakan jam cerita (story telling) kepada para siswa secara periodik.
4.1.1. Pemberdayaan guru dan siswa dalam pemanfaatan perpustakaan sebagai sumber belajar, misalnya:
• Memilih siswa teladan yang telah membaca buku terbanyak dan dapat menceritakan isinya;
• Melaksanakan program wajib baca pada siswa;
• Memberikan tugas baca kepada siswa dan kemudian diminta untuk membuat abstrak/sinopsis dari buku yang telah dibaca;
• Menceritakan orang-orang yang sukses sebagai hasil membaca;
• Menugaskan/memotivasi siswa untuk membaca di perpustakaan bila ada waktu luang;
• Mengubah sistem belajar mengajar, yang dapat mendorong siswa banyak membaca (memanfaatkan perpustakaan sebagai sumber belajar);
• Memberikan waktu khusus kepada siswa untuk membaca di perpustakaan;
• Memberi tugas membaca buku tertentu kepada siswa di rumah;
• Memberikan bimbingan membaca pada para siswa.
5.1.1. Adanya ikatan kerja sama antar perpustakaan yang dapat mempermudah guru dan siswa memanfaatkan berbagai perpustakaan sebagai sumber belajar.
IV. PRIORITAS UTAMA

Berdasarkan Rekomendasi Kebijakan dan Implikasi Kebijakan / Program diatas, saat ini hal yang paling penting yang harus dilakukan untuk menumbuhkan minat baca adalah pengadaan buku untuk koleksi perpustakaan sekolah, yang harus beragam dan mendukung pelajaran sekolah serta menambah pengetahuan umum anak.

V. METODELOGI DAN STRATEGI
Faktor utama untuk melaksanakan program Pengembangan Perpustakaan Sekolah adalah media / objek bacaan dan pembaca. Dalam hal ini metode yang ditetapkan sebagai indicator keberhasilan program sebagai berikut :
1. Sumber bacaan
2. Lokasi
3. Pembaca
4. Pembimbing

Penerapan metode-metode untuk mengajak anak-anak berminat membaca memang sulit, sebagian dari mereka lebih menyukai bermain dibandingkan membaca. Sebenarnya factor-factor yang mengakibatkan mereka malas dan bosan membaca adalah :
1. Bacaan lebih bersifat ilmiah
2. Terlalu sedikit penampilan object/gambar
3. Buku terlalu tebal
4. terkadang tidak sesuai dengan imajinasi anak-anak
5. Lokasi sempit dan ribut
6. Buta aksara
7. Tidak adanya pembimbing

Factor diatas sangat mempengaruhi minat anak-anak dalam membaca, solusi untuk persoalan tersebut dapat kita ciptakan dengan pedoman dasar mendidik anak-anak yaitu bagaimana menciptakan suasana belajar sambil bermain, jika suasana tersebut telah tercipta degan sendirinya mereka akan mencintai membaca.
Pola dasar demikian dapat diterapkan berdasarkan tujuan penerapan program, seperti buku bacaan bagaimana yang akan kita berikan, dan kepada anak-anak seusia berapa ini akan diaplikasikan. Untuk itu kita harus terlebih mengelompokkan jenis-jenis buku dan usai para pembaca.
Adapun jenis-jenis cerita, buku bacaan dan jenis lomba sesuai dengan umur anak dapat kita kelompokkan sebagai berikut :
1. Jenis cerita
a) Dongeng seperti Dongeng Putri Salju, Cinderella dll sesuai dengan anak usia 3 – 9 tahun
b) Cerita Petualangan seperti Kisah Si Pelaut Sinbad, Kisah Anak Rimba dll sesuai dengan anak usia 7 – 12 tahun
2. Jenis Bahan Bacaan
a) Buku Agama Islam bergambar yang langsung bisa diimajinasikan oleh pembaca. Seperti sejarah Rasul/nabi, Anak Sholeh, Siksa Kubur, Neraka-Surga, dll sesuai untuk anak-anak umur 9-15 Tahun
b) Buku Ilmu Pengetahuan Alam degan menampilkan ambar-gambar / objek sebagai informasi baik secara natural, teknologi dan imajinasi untuk anak-anak umur 9-15 tahun
c) Buku sejarah nasional/umum dan bergambar, sebagai bayangan dan kenangan bagi anak-anak siapa dan kapan sebenarnya itu terjadi untuk anak-anak umur 9-15 tahun
d) Majalah-majalah anak-anak untuk anak-anak umur 9-12 tahun
e) Komik bernuansa Islam untuk anak-anak umur 10-15 tahun
f) Buku teknis cara cepat membaca yang baik untuk anak-anak umur 5-10 tahun
g) Buku flora dan fauna untuk anak-anak umur 6-15 tahun
h) Buku pandai berbahasa inggris untuk peminat bahasa inggris khusus untuk dibagikan.
i) Buku cepat dan tepat dalam menghitung untuk peminat menghitung khususnuntuk dibagikan
j) Buku informasi pendidikan jenjang atas sebagai bukti keberhasilan cita-cita anak-anak untuk umur 10-15 tahun
k) Buku keterampilan tangan untuk anak-anak umur 8-15 tahun


VI. PENDANAAN
pada lembar terpisah

VII. WAKTU
Direncanakan kegiatan ini dapat dimulai pada April 2010 ini dan akan berlangsung hingga Desember 2010.

VIII.PENUTUP
Harapan kami untuk pendanaan program ini dapat dibantu sepenuhnya oleh para sponsor.

Banda Aceh, 9 Februari 2010
Yayasan Pembinaan Kegiatan
Generasi Muda (YPKGM),



Ir.T.Syafrizal
Ketua

Taman Bacaan Masyarakat

Taman Bacaan Masyarakat atau diseingkat TBM adalah merupakan fasilitas perpustakaan di desa-desa sehingga disebut juga Perpustakaan Desa, namun sebagian orang untuk TBM ini disebut Taman Bacaan Anak seperti TBA nya Bunda Yessy Gusman yang telah cukup terkenal itu, karena diperuntukkan bagi anak-anak dan YPKGM sendiri menamainya sebagai Perpustakaan Anak.

Sejak tahun 2006 YPKGM telah membangun 5 Taman Bacaan tingkat Gampong atas bantuan BRR Aceh - Nias namun jumlah seluruhnya yang dibangun BRR Aceh-Nias adalah 42 Taman bacaan Tingkat Gampong, namun dari hasil pantauan terakhir kelihatannya hanya Taman bacaan tingkat Gampong binaan YPKGM saja yang masih berjalan walaupun sebagian kecil berjalan ditempat sementara yang lainnya sebagian besar tidak ada kabar berita bahkan ada yang telah beralih fungsi.

Sangat disayangkan memang, namun ketiadaan dana dan tidak adanya dukungan pemerintahan daerah serta ketidakpedulian aparat desa juga menjadi faktor utama tidak berjalannya lagi Taman Bacaan ini.

Tetapi ini bukan kesalahan pemerintahan daerah saja, tidak profesionalnya pengelola perpustakaan juga menjadi faktor penyebab disamping kurangnya koordinasi serta kerjasama antar perpustakaan.

Children Learning Center YPKGM

Sejarah Tahun 1992 pendiri yayasan melihat para generasimuda di Kecamatan Lhoknga/Leupung (saat itu Lhoknga dan Leupung masih satu kecamatan) banyak menghabiskan waktu luangnya untuk kegiatan yang sia-sia bahkan menjurus kearah negative. Sehingga terpanggil untuk membina anak, remaja serta kaum muda tersebut dengan kegiatan membaca, dan pelatihan seni drama serta seni tari. Setelah berjalan 2 tahun maka pada tanggal 21 Januari 1994 Pembina kegiatan ini mendirikan Badan Hukum berupa Yayasan yang diberi nama Yayasan Pembinaan Kegiatan Generasi Muda. Awalnya kegiatan ini menggunakan halaman kompleks Kantor Camat Lhoknga/Leupung untuk kegiatan latihannya, rupanya kesungguhan ini mendapat perhatian PT.Semen Andalas indonesia (Bapak T.Nukman Bustamam – Asisten Direktur) yang merenovasi Gedung Kontrolir Belanda dan menjadikannya Balai Pemuda sebagai Pusat Kegiatan lembaga ini. Kegiatan yang awalnya hanya terbatas untuk tingkat kecamatan saja perlahan mulai berkembang menjadi tingkat kabupaten bahkan akhirnya mencakup juga kota Banda Aceh, hal ini dibuktikan dengan adanya undangan pementasan dan lomba di Taman Budaya dan tempat lainnya juga. Pasca tsunami kegiatan YPKGM meluas sehingga ke seluruh Provinsi Aceh. Yayasan Pembinaan Kegiatan Generasi Muda (YPKGM) adalah sebuah lembaga non profit yang independent dan berwawasan nasional. Kini lembaga ini telah memiliki 15 (lima belas) Perpustakaan Desa binaan di 15 Desa di 7 (tujuh) kabupaten/kota di Sabang, Banda Aceh, Aceh Besar, Pidie, Pidie jaya, Bireuen dan Aceh Jaya, 5 (lima) diantaranya merupakan bangunan permanen ukuran 4 x 8 m bantuan BRR, dan sisanya ada yang menggunakan rumah, garasi, ruang toko, pondok dan lainnya milik pengurus YPKGM di daerah masing-masing. Pengelolaan Perpustakaan Desa dilakukan dengan suka rela oleh para pengurus didaerah tersebut. Kegiatan Saat ini Melanjutkan Pembinaan dan Pengembangan 15 Perpustakaan Desa di 7 Kecamatan di Provinsi Aceh (Sabang, Banda Aceh, Aceh Besar, Pidie, Pidie Jaya, Bireuen, dan Aceh Jaya) menjadi Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat. Pengembangan Community Learning Center di Leupung sebagai pusat koordinasi dan sekaligus sebagai Pilot Project yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas belajar masyarakat, terutama untuk anak dan remaja. Adapun kegiatan yang sudah berjalan di Children Learning Center di Leupung adalah: Sanggar Seni Bungong Canden yang mengajarkan anak-anak dan remaja tari dan drama, termasuk didalamnya Puisi dan Menyanyi. Perpustakaan yang melayani masyarakat umum di kecamatan Leupung Merintis berdiri kembali YPKGM di tingkat Kecamatan Lhoknga. Children learning Center Apa dan Mengapa Sesuai dengan Visi dan Misinya YPKGM ingin memberikan kesempatan yang sama bagi setiap generasi muda didesa miskin dan terpencil untuk mendapatkan kesempatan yang sama untuk maju meraih cita-citanya, yaitu dengan menyediakan sarana dan prasarana pendukung kegiatan belajar serta akan diadakan berbagai Kegiatan dan pelatihan yang imaginative bagi peningkatan sumber daya, wawasan dan ketrampilan anak, remaja dan pemuda sehingga dapat menghadapi tantangan zaman dan globalisasi dunia untuk mencapai kehidupan yang lebih baik Untuk tujuan tersebutlah YPKGM mendirikan Children Learning Center yang akan dilengkapi Perpustakaan, Ruang Pelatihan, Sanggar Seni Tari, Sanggar Seni Teater, Sanggar Belajar, Group Pencinta Alam, Pramuka, Balai Pengajian, Lapangan Badminton, Tenis Meja, Volley Ball, Taman Bermain, dll, disamping itu untuk menjadi proyek percontohan (pilot Project) bagi daerah lainnya serta pusat koordinasi bagi seluruh Taman Bacaan maupun Perpustakaan Anak atau Perpustakaan Gampong agar dapat berkonsultasi dan bertukar pikiran dan pengalaman untuk pengembangan perpustakaan sebagai pusat kegiatan belajar didaerah masing-masing. Program Kegiatan Pembinaan Minat Baca Merupakan program utama dari lembaga ini, program ini dibagi atas beberapa bagian, yaitu: Memfasilitasi dan merintis berdirinya Perpustakaan di desa-desa (TBM, Perpustakaan Anak, Perpustakaan Gampong/Desa atau apapun namanya), terutama desa miskin dan jauh dari kota. Mengadakan lomba Minat Baca bagi anak-anak dan remaja di tingkat Desa, Kecamatan, Kabupaten dan Provinsi. Menjalankan Program Bibliotherapy, yaitu program terapi psikologis melalui bahan bacaan, khusus untuk daerah-daerah konflik dan daerah pasca bencana. Membentuk Reading Club Pembinaan Seni Budaya Merupakan program yang paling diminati masyarakat, terutama generasimudanya, program ini dibagi atas beberapa bagian, yaitu: Pembinaan Seni Tari Tradisional untuk menjaga kelestarian budaya daerah. Pembinaan Seni Tari Kreasi Baru untuk memupuk kreatifitas para seniman. Pembinaan Seni Teater (Drama, Puisi dan Pantomin) untuk memupuk bakat anak dan remaja dalam akting agar mampu tampil datas pentas serta percaya diri. Pembinaan Seni Tari Nusantara untuk memupuk rasa persatuan dan saling menghargai budaya daerah lainnya. Pelatihan life Skill Program ini dibagi atas beberapa bagian, yaitu: Pelatihan Ketrampilan komputer Pelatihan Tehnisi Komputer Pelatihan Kewirausahaan Pelatihan Pertukangan Pelatihan perbengkelan Pelatihan Pertanian Pelatihan Perikanan Pelatihan Peternakan Pelatihan Menjahit Pelatihan Membuat kue Pembinaan Kelompok Usaha Program ini merupakan tindak lanjut dari Pelatihan Life Skill dimana selesai pelatihan disarankan mereka untuk dapat membuat kelompok usaha yang akan didanai dan dibantu manajemen dan pemasarannya, yaitu: Usaha Rental dan Jasa komputer Usaha service Komputer Usaha Pembuatan Perabotan Usaha bengkel Usaha Pembibitan Usaha Tambak Ikan Usaha Peternakan Ayam dan Kambing Usaha Menjahit Usaha Membuat kue Usaha Catering Memasak Usaha Rias pengantin Usaha Enterteiment (Tarian dan hiburan lainnya) Festival. Pagelaran dan Perlombaan Kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari Pembinaan berbagai kegiatan yang diuraikan sebelumnya, dimana hasil latihan anak dan remaja selama kurun waktu tertentu ditampilkan sebagai bukti keberhasilan mereka Apa yang Ingin Dicapai YPKGM dimasa Depan Sesuai dengan misinya Yayasan Pembinaan Kegiatan Generasi Muda ingin Menjadi lembaga sosial terkemuka di Aceh dalam upaya meningkatkan Sumber daya, wawasan dan ketrampilan anak Aceh dengan Pengembangan Perpustakaan Anak, ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Kebudayaan yang berlandaskan nilai-nilai Islam, melalui ketersediaan sarana dan prasarana yang memadai dan handal. Children Learning Center Pusat Kegiatan YPKGM di Kecamatan Leupung ini akan menjadi Pilot Project bagi daerah lain bahkan menjadi Pilot Project di Indonesia sebagai pusat kegiatan anak yang kreatif, educatif, rekreatif, inovatif dan progesif serta informatif. Dan juga merupakan pusat koordinasi dan organizer bagi Perpustakaan, Perpustakaan kampung dan Perpustakaan Sekolah yang akan dikembangkan menjadi pusat kegiatan belajar yang edukatif dan rekereatif di daerah masing-masing diseluruh Aceh. YPKGM dimasa Depan akan memiliki: Children Learning Center sebagai Pusat Kegiatan YPKGM dilengkapi Perpustakaan, Ruang Meeting, Ruang Pelatihan, Balai Belajar & Pengajian, Lapangan Badminton, Tenis Meja, Volley Ball, Taman Bermain, Kolam Renang Anak, Arena Joging, dan membina Sanggar Seni Tari, Sanggar Seni Teater, Sanggar Belajar, Group Pencinta Alam, Pramuka dll. Website khusus untuk Anak, yang akan menyediakan berbagai materi pendidikan dan informasi yang bermanfaat bagi anak maupun orangtuanya serta dapat diakses seluruh anak-anak dan masyarakat di mana saja. Perpustakaan binaan yang akan dijadikan pusat kegiatan belajar yang educatif dan rekreatif dan tersebar diseluruh pelosok Provinsi Aceh PAUD, TK Islam Modern sebagai unit usaha semi komersil yang akan menyediakan jasa pendidikan usia dini dengan menerapkan kurikulum pendidikan sebagaimana dikurikulum dikota-kota besar dan negara-negara maju. Unit usaha Produktif, seperti usaha photocopy, ATK, Cafe, Swalayan yang akan menjadi sumber pemasukan dana untuk operasional YPKGM