Comments

Friday 6 February 2015

CEK MUN (Profil anak terbelakang yang disisihkan)

Keterbelakangan mental adalah cacat perkembangan yang pertama kali muncul pada anak-anak di bawah usia 18 . Hal ini didefinisikan sebagai tingkat fungsi intelektual ( yang diukur dengan tes standar untuk intelligence quotient ) yang jauh di bawah rata-rata dan didefinisikan dengan skor IQ di bawah 70-75. dan keterbatasan yang signifikan dalam keterampilan hidup sehari-hari (adaptif fungsi)dimana keterampilan adaptif adalah keterampilan yang diperlukan untuk kehidupan sehari-hari. Keterampilan tersebut mencakup kemampuan untuk memproduksi dan memahami bahasa (komunikasi), keterampilan rumah – hidup, penggunaan sumber daya masyarakat, kesehatan, keselamatan, kenyamanan, perawatan diri, dan keterampilan sosial, pengarahan diri sendiri, keterampilan akademik fungsional ( membaca, menulis, dan berhitung ), dan keterampilan kerja. Nah bagi kita yang dianugerahi anak, adik, atau saudara lainnya yang memiliki keterbelakangan mental mungkin juga akan memiliki beban mental, malu, sedih, dan sebagainya yang kadangkala membuat kita ingin menghilang saja ditelan bumi, atau raib bagai asap tertiup angin. Namun sebagaimana saya katakan ditas, bahwa sebenarnya ini anugerah, bukan bencana bila kita memiliki anak terbelakang mental, karena disinilah kita diberi kesempatan oleh Allah SWT untuk mampu memberikan kasih sayang kita sepanjang masa pada anak kita, buah cinta kita bagaikan ombak yang selalu mencumbu pantai, bagai mentari yang selalu menghangati bumi. Nah untuk sekedar intropeksi diri, maka saya akan menceritakan sedikit profil anak terbelakangmental yang saya kenal baik, ia bernama CEK MUN, kini ia telah tiada pergi menghadap khaliq Nya pada umur 34 Tahun. Bila kita lihat sosok tubuhnya dan usianya yang sudah cukup dewasa, maka mungkin sebutan anak tidak cocok bagi dirinya, tapi bagi kita yang mengenalnya, maka sebutan "anak" tidak pernah tidak cocok untuknya, karena betapa tidak, pada usianya itu ia akan merajuk bila keponakannya yang umur 10 tahun mendapatkan hadiah mobil-mobilan sementara ia tidak dibelikan, ia akan merajuk bila keponakannya yang berumur 5 tahun mendapatkan permen sementara untuk dia tidak diberikan. Namun dengan sifat kanak-kanaknya itu, ia juga memiliki kelebihan, semua anak mulai bayi sampai dibawah umur 3 tahun akan aman tenteram dalam gendongannya, anak akan meraa tenang dan nyaman berada ditangannya sehingga tidak rewel, mungkin ini insting anak-anak yang merasa sejiwa dengan CEK MUN. Malang bagi CEK MUN ia dibesarkan dalam keluarga kurang mampu, ayahnya penjaga tambak orang meninggal saat ia masih kecil, ibunya seorang wanita sederhana tamatan SD dan sebagai janda beranak 6 (3 orang sudah kawin) maka ia punya beban 3 orang anak lagi termasuk CEK MUN maka untuk menghidupi keluarganya ia menjadi MUGE (penjual ikan) di pasar. Dalam kesibukannya ia tetap mencoba memberi perhatian lebih pada CEK MUN, tapi apa mau dikata perhatian tersebut sangat terbatas, berbagai kejadian menimpa CEK MUN diantaranya saat SD Kelas 2 ia mengalami pendarahan ditelinganya setelah disidik ternyata ada beberapa kawannya yang suka mengganggu menangkapnya dan menggelitik telingannya menggunakan bunga rumput, mereka suka melihatnya tertawa terkikik-kikik tanpa suara saat digelitik, dan 2 orang lainnya memegang tangannya agar ia tidak lari dan penyiksaan itu berlangsung beberapa hari sehingga telinganya mengeluarkan darah baru mendapat perhatian. Ia menyelesaikan sekolah SD nya setelah 12 tahun bersekolah disana, inipun hanya diluluskan paksa oleh kepala sekolahnya yang kasihan padanya. Sehari-hari ia membantu menjaga anak-anak tetangganya yang umumnya adalah adik letingnya, saat musim turun kesawah ia membantu ibunya menanam padi, ia juga sering membantu tetangganya yang memerlukan tenaganya. Sayang sekali diakhir hidupnya ia menderita penyakit ia didiagnosis ia menderita diabetes dan kolesterol tinggi sehingga kondisinya lemah, dan ketika semakin parah hasil pemeriksaan PUSKESMAS ia tidak terdeksi menderita penyakit apapun sehingga oleh ibunya dibawa berobat alternatif. Setelah sekian lama berobat alternatif ia diberitakan sudah tidak tertolong lagi karena sangat lemah sehingga tidak mampu duduk lagi apalagi berjalan, tidak mau makan karena setiap makan ia muntah, saat itulah saya datang dan melihat kondisinya lemah saya memaksa membawanya kerumah sakit, minimal agar bisa diinfus sehingga zat makanan bisa masuk ketubuhnya. Setelah dirumah sakit maka saya meminta untuk dilakukan pemeriksaan lengkap, dan dari hasil pemeriksaan tersebut ketahuanlah bahwa CEK MUN menderita gagal ginjal dan kondisinya sudah sangat parah karena terlambat dibawa kedokter. Tindakan medis yang diambil selanjutnya adalah cuci darah, namun semuanya sudah terlambat setelah 2 malam di rumah sakit ia pergi meninggalkan kita semua. Yang menjadi catatan bagi kita semua, bagaimanakah nasib CEK MUN lainnya yang ada diseluruh pelosok Aceh atau Tanah Air lainnya? Apakah akan kita biarkan mereka mengalami nasib yang sama? Bagaimana kalau CEK MUN ini berada diposisi anak kita, adik kita? Pada kesempatan berikut saya akan memposting Cara Penanganan Anak Terbelakang.

0 komentar:

Post a Comment

SHARETHIS

Share artikel ke: Facebook Twitter Google+ Linkedin Technorati Digg