Comments

Thursday 26 February 2015

Proposal Taman Bacaan Masyarakat

Taman Bacaan masyarakat atau TBM adalah salah satu wadah yang bergerak dibidang pendidikan yang mempunyai tujuan untuk meningkatkan kembali minat baca masyarakat tanpa membedakan status sosial, ekonomi, budaya, agama, adat istiadat, tingkat pendidikan dan lain sebagainya. Taman Bacaan masyarakat Merupakan upaya meningkatkan akses bahan-bahan bacaan bagi masyarakat melalui pembentukan Taman Bacaan Masyarakat (TBM) yang mampu melayani kegiatan membaca dan menulis bagi masyarakat. Bagi masyarakat Indonesia, khususnya ekonomi menengah ke bawah, membeli buku adalah sesuatu yang berat. Tentunya selain buku pelajaran untuk sekolah anak-anaknya. Mungkin bagi sebagian dari mereka, membeli beras dan kebutuhan lainnya lebih penting. Tak dapat dipungkiri, memang. Salah-satu solusi untuk persoalan ini adalah dengan dibentuknya Taman Bacaan masyarakat, dimana masyarakat dapat menikmati isi buku tanpa mengeluarkan uang. Bagaimana perkembangan Taman Bacaan Masyarakat sekarang? Setelah beberapa pelopor, pendiri dan relawan dengan gigih mengajak sesama relawan dan masyarakat umu untuk turut membangun TBM di lingkungannya, kini TBM telah marak diberbagai daerah. Tentunya, masih dubutuhkan TBM-TBM selanjutnya. Agar sosialialisasi gerakan membaca merata. Bagaimana membangun sebuah Taman Bacaan Masyarakat? Kita ambil contoh TBM YPKGM. Sebuah Taman bacaan Masrarakat yang berada di Kabupaten Aceh Besar, tepatnya di Kecamatan Lhoknga/Leupung. Taman Bacaan ini dibangun oleh Kak Ubit dengan bermodalkan buku-buku koleksi pribadinya yang dikumpulkannya sejak SD hingga SMA, mulai majalah SIKUNCUNG (saat itu BOBO belum ada) hingga Novel 5 Sekawan dan Album Cerita Ternama, ia awalnya menggunakan ruang tunggu kantor Camat Lhoknga/Leupung untuk pertemuan dengan anak-anak yang berkeliaran yang dikumpulkannya untuk mendengar ceritanya, lalu ia meminjamkan buku-buku yang dibawanya untuk dibawa pulang anak-anak dan dikembalikan pada pertemuan berikutnya. Kak Ubit mengatakan bahwa kegiataanya itu menraik perhatian Asisten Direktur PT. Semen Andalas Indonesia dan menawarkan untuk menggunakan Gedung kontrolir Belanda yang terbengkalai di kompleks kantor Camat itu (dulu digunakan sebagai Kantor Camat, namun karena sudah dibangun gedung baru untuk Kantor Camat, maka gedung itu terbengkalai, bocor disana sini. Kak Ubit menyambut baik tawaran itu, lalu pihak PT. Semen Andalas Indonesia merehab gedung tersebut dan menjadikannya Balai Pemuda dan diserahkan pengelolaannya pada Kak Ubit (Teuku Syafrizal). Ia awalnya membuka Perpustakaan 3 kali dalam seminggu sesuai dengan jadwal kegiatan pembinaan seni drama, puisi dan tari yang digunakannya untuk daya tarik bagi anak-anak berkumpul dan berlatih seni peran dan ia memotivasi anak-anak sambil menunggu kawannya berkumpul agar mereka membaca buku. Kegiatannya ini berkembang pesat dan perpustakaan dibuka setiap hari kecuali hari minggu, dan kawan-kawannya juga mulai membantu kegiatannya sehingga anggota Perpustakaan dan anak-anak binaannya mencapai 350 orang lebih. Nah, bagaimana dengan anda, berminat mendirikan Taman Bacaan Masyarakat juga? Tidak susah kok, ini saya bantu dengan proposal yang dapat anda download gratis disini dan untuk anggarannya dapat didownload juga disini dan silahkan disesuaikan dengan kebutuhan anda. Ok nanti saya lanjutkan lagi sejarah saya mendirikan TBM hingga kini membangun Children Learning Center (Pusat Kegiatan Anak) dan semoga bermanfaat ya!!!

0 komentar:

Post a Comment

SHARETHIS

Share artikel ke: Facebook Twitter Google+ Linkedin Technorati Digg