Comments

Monday 16 February 2015

Valentine Day : Bagaimana Kita Harus Menyikapinya

Tiap tahun menjelang bulan Februari, banyak remaja Indonesia yang notabene mengaku beragama Islam ikut-ikutan sibuk mempersiapkan perayaan Valentine. Walau sudah banyak di antaranya yang mendengar bahwa Valentine Day adalah salah satu hari raya umat Kristiani yang mengandung nilai-nilai akidah Kristen, namun hal ini tidak terlalu dipusingkan mereka. “Ah, aku kan ngerayaain Valentine buat fun-fun aja…, ” demikian banyak remaja Islam bersikap. Bisakah dibenarkan sikap dan pandangan seperti itu? Berbagai himbauan dan fatwa ulama serta tulisan sudah dipublikasikan untuk menyadarkan para remaja kita agar tidak merayakan Hari Valentine tapi nyatanya kegiatan itu terus berlangsung dan semakin marak saja. Hal ini sebenarnya tidak perlu kita herankan, karena masa remaja memang masanya bercinta, masa ketertarikan yang kuat pada lawan jenisnya, masa emosional mereka sedang melonjak-lonjak dan memerlukan pelampiasan. Dan sebagaimana pola fikir mereka yang mencari gampang saja mereka sedikitpun tidak memikirkan kaitannya dengan kristenisasi atau ajaran kristen karena pada prinsipnya mengungkapkan rasa kasih sayang di persada bumi adalah baik. Dan dalam Islam sendiri mengajarkan kepada umatnya untuk berkasih sayang dan menjalinkan persaudaraan yang abadi di bawah naungan Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang. Bagi anak-anak remaja Valentine Day mereka anggap perayaan ini sama saja dengan perayaan-perayaan lain seperti Hari Ibu, Hari Pahlawan, dan sebagainya. Padahal kenyataannya sama sekali berbeda, karena Hari Ibu, Hari Pahlawan, dan semacamnya sedikit pun tidak mengandung muatan religius. Sedangkan Valentine Day sarat dengan muatan religius, namun kalau kita mau kaji sedikit lebih dalam maka bagi orang krinten sendiri umumnya remaja kristen yang merayakannya, pandangan mereka tidak jauh berbeda dengan remaja kita mereka merayakan Valentine Day hanya bentuk ungkapan kasih sayang mereka pada kekasihnya, orang tuanya dan sedikit sekali yang tahu sejarah valentine day tersebut. Nah, kalau kita sudah upayakan sedemikian rupa, dan nyatanya hal ini tidak digubris oleh remaja kita, kenapa kita tidak membuat Valentine Day versi kita sendiri, toh anak-anak remaja itu tidak perduli pada latar belakang lahirnya valentine day tersebut, mereka hanya butuh momentum untuk bisa mengekspresikan kasih sayang mereka pada pacar, sahabat dan orang tua, jadi kenapa kita tidak memberikan momentum tersebut? Jadikan Tanggal 1 atau tanggal berapapun itu (namun sebaiknya sebelum tanggal 14 April) sebagai HARI KASIH SAYANG (jadi namanya juga tidak valentine day lagi) sehingga remaja kita mendapatkan momentum mereka untuk mengungkapkan kasih sayang mereka, dan ini otomatis meredam perayaan Valentine Day yang kita kuatirkan akan merusak aqidah anak-anak remaja kita. Nah, bagaimana menurut anda?????

0 komentar:

Post a Comment

SHARETHIS

Share artikel ke: Facebook Twitter Google+ Linkedin Technorati Digg