Comments

Wednesday 11 February 2015

POMA (Mother)

POMA (Bahasa Aceh, kalau bahasa Indonesia Ibunda) Menyimak lagu POMA sebuah lagu Aceh yang syairnya menceritakan tentang pengorbanan seorang ibu, saya teringat pada ibu saya yang telah tiada - hilang / meninggal saat tsunami 2004. Mari kita sama-sama mencoba mengingat kembali tentang ibunda kita dimana: Saat kau berumur 1 tahun, dia menyuapi dan memandikanmu. Sebagai balasannya, kau menangis sepanjang malam. Saat kau berumur 2 tahun, dia mengajarimu bagaimana cara berjalan. Sebagai balasannya, kau kabur saat dia memanggilmu. Saat kau berumur 3 tahun, dia memasakkan semua makananmu dengan kasih sayang. Sebagai balasannya, kau buang piring berisi makanan ke lantai. Saat kau berumur 4 tahun, dia memberimu pensil berwarna. Sebagai balasannya, kau coret-coret dinding rumah dan meja makan. Saat kau berumur 5 tahun, dia membelikanmu pakaian-pakaian yang mahal dan indah. Sebagai balasannya, kau memakainya untuk bermain di kubangan lumpur dekat rumah. Saat kau berumur 6 tahun, dia mengantarmu pergi ke sekolah. Sebagai balasannya, kau berteriak.”NGGAK MAU!!” Saat kau berumur 7 tahun, dia membelikanmu bola. Sebagai balasannya, kau lemparkan bola ke jendela tetangga. Saat kau berumur 8 tahun, dia memberimu es krim. Sebagai balasannya, kau tumpahkan hingga mengotori seluruh bajumu. Saat kau berumur 9 tahun, dia membayar mahal untuk kursus bahasamu. Sebagai balasannya, kau sering bolos dan sama sekali tidak pernah berlatih. Saat kau berumur 10 tahun, dia mengantarmu ke mana saja, dari kolam renang hingga pesta ulang tahun. Sebagai balasannya, kau melompat keluar mobil tanpa memberi salam. Saat kau berumur 11 tahun, dia mengantar kau dan teman-temanmu ke bioskop. Sebagai balasannya, kau minta dia duduk di baris lain. Saat kau berumur 12 tahun, dia melarangmu untuk melihat acara TV khusus orang dewasa. Sebagai balasannya, kau tunggu sampai dia di keluar rumah. Saat kau berumur 13 tahun, dia menyarankanmu untuk memotong rambut, karena sudah waktunya. Sebagai balasannya, kau katakan dia tidak tahu mode. Saat kau berumur 14 tahun, dia membayar biaya untuk kempingmu selama sebulan liburan. Sebagai balasannya, kau tak pernah meneleponnya. Saat kau berumur 15 tahun, dia pulang kerja ingin memelukmu. Sebagai balasannya, kau kunci pintu kamarmu. Saat kau berumur 16 tahun, dia ajari kau mengemudi mobilnya. Sebagai balasannya, kau pakai mobilnya setiap ada kesempatan tanpa peduli kepentingannya. Saat kau berumur 17 tahun, dia sedang menunggu telepon yang penting. Sebagai balasannya, kau pakai telepon nonstop semalaman. Saat kau berumur 18 tahun, dia menangis terharu ketika kau lulus SMA. Sebagai balasannya, kau berpesta dengan temanmu hingga pagi. Saat kau berumur 19 tahun, dia membayar biaya kuliahmu dan mengantarmu ke kampus pada hari pertama. Sebagai balasannya, kau minta diturunkan jauh dari pintu gerbang agar kau tidak malu di depan teman-temanmu. Saat kau berumur 20 tahun, dia bertanya, “Dari mana saja seharian ini?” Sebagai balasannya, kau jawab,”Ah Ibu cerewet amat sih, ingin tahu urusan orang!” Saat kau berumur 21 tahun, dia menyarankan satu pekerjaan yang bagus untuk karirmu di masa depan. Sebagai balasannya, kau katakan,”Aku tidak ingin seperti Ibu.” Saat kau berumur 22 tahun, dia memelukmu dengan haru saat kau lulus perguruan tinggi. Sebagai balasannya, kau tanya dia kapan kau bisa ke Bali. Saat kau berumur 23 tahun, dia membelikanmu 1 set furniture untuk rumah barumu. Sebagai balasannya, kau ceritakan pada temanmu betapa jeleknya furniture itu. Saat kau berumur 24 tahun, dia bertemu dengan tunanganmu dan bertanya tentang rencananya di masa depan. Sebagai balasannya, kau mengeluh,”Aduuh, bagaimana Ibu ini, kok bertanya seperti itu?” Saat kau berumur 25 tahun, dia mambantumu membiayai penikahanmu. Sebagai balasannya, kau pindah ke kota lain yang jaraknya lebih dari 500 km. Saat kau berumur 30 tahun, dia memberikan beberapa nasehat bagaimana merawat bayimu. Sebagai balasannya, kau katakan padanya,”Bu, sekarang jamannya sudah berbeda!” Saat kau berumur 40 tahun, dia menelepon untuk memberitahukan pesta ulang tahun salah seorang kerabat. Sebagai balasannya, kau jawab,”Bu, saya sibuk sekali, nggak ada waktu.” Saat kau berumur 50 tahun, dia sakit-sakitan sehingga memerlukan perawatanmu. Sebagai balasannya, kau baca tentang pengaruh negatif orang tua yang menumpang tinggal di rumah anak-anaknya. Dan hingga suatu hari, dia meninggal dengan tenang. Dan tiba-tiba kau teringat semua yang belum pernah kau lakukan, karena mereka datang menghantam HATI mu bagaikan palu godam Nah, bagi saya yang kehilangan ibu secara tiba-tiba akibat tsunami - sampai saat ini setiap lebaran ada kekosongan yang sangat dalam dirongga dada ini, kemana saya akan bersujud memohon ampunannya - memohon doa restunya - hampa terasa....... Bagi kawan-kawan millis yang masih punya ibu, renungkan kembali dimanakah posisi ibu anda sekarang??? Adakah ia bersama dengan anda sebagai pengasuh anak-anak anda??? tanyakan diri anda belum cukupkah amal baktinya membesarkan anda??? mulai dari kandungan hingga anda dewasa? Bila ia dikampung hidup mandiri jauh dari anda, tanyakan diri anda apakah dengan telah selesainya tugas mereka membesarkan anda sehingga mandiri berarti selesaikah hubungan diantara anda dan cukupkah membalasnya dengan mengirimi mereka uang secara rutin setiap bulannya? Tanyakanlah pada diri kita, apa yang harus kita berikan pada mereka? Ibu kita - POMA kita, dan coba juga kita membuka mata hati kita bahwa disekeliling kita banyak juga POMA yang patut kita hormati patut kita muliakan, pembantu dirumah, tukang cuci, tukang setrika dll wanita-wanita itu juga ibu dari seseorang, anak dari seseorang sama dengan kita anak dari seorang POMA yang jasanya tidak dapat diukur berapa nilainya tak dapat dibayar dengan apapun. Beri mereka rasa hormatmu, beri mereka kasih sayang yang tulus semoga SORGA DIBAWAH TELAPAK KAKI MEREKA akan terbuka lebar untuk kita semua!!!! Karena sebagaimana kata seorang teman di Millis Aceh Lon Sayang, bahwa: Kata Rasul ada 3 hal harus dilakukan oleh anak yang berbakti kepada ortu manakala mereka telah tiada: 1. Mendoakan mereka minimal 5 X sehari 2. Melanjutkan kebiasaan baik yang mereka lakukan semasa hayat keduanya 3. Membina silaturrahmi dengan teman-teman dan relasi mereka ketika mereka masih hidup, serta meminta maaf untuk alm/almh ortu kita. Demikian semoga bermanfaat.

0 komentar:

Post a Comment

SHARETHIS

Share artikel ke: Facebook Twitter Google+ Linkedin Technorati Digg