Comments

Friday 20 February 2015

When it Money In power (Ketika Uang Berkuasa)

THEORY Michel Foucaut of power, discourse, and knowledge are aspects that are not integral. Terminology episteme, in Michel Foucault's thinking, means that the epistemological correlation among the various branches of science that developed in the future and a certain period.

TEORI Michel Foucaut tentang kekuasaan, wacana, dan pengetahuan merupakan aspek-aspek yang tidak terpisahkan. Terminologi episteme, dalam pemikiran Michel Foucault, berarti korelasi epistemologis yang dalam, di antara berbagai cabang ilmu pengetahuan yang berkembang pada masa dan kurun tertentu.

Michel Foucault abandon long-held assumption that the view that knowledge is possible only develops outside the territory between knowledge and power relations that are actually developing mutually no power implementation practices that do not bring knowledge and not knowledge in it does not contain power relations.

Michel Foucault meninggalkan anggapan lama yang memandang bahwa pengetahuan hanya mungkin berkembang di luar wilayah kekuasaan antara pengetahuan dan kuasa justru terdapat relasi yang saling berkembang tidak ada praktek pelaksanaan kuasa yang tidak memunculkan pengetahuan dan tidak pengetahuan yang di dalamnya tidak mengandung relasi kuasa. 

The power is everywhere, therefore, the power can be found in all areas of human interaction: family, political, economic, social, religious, and so on. His research on the history of crazy people, which is about the community they are rejected, uncovered formasiformasi language and discourse that has created the concept of the other party (the other) for this case, he uses genealogical description.

Kuasa ada dimana-mana, karena itu, kekuasaan bisa ditemukan dalam segala bidang interaksi manusia: keluarga, politik, ekonomi, sosial, agama dan sebagainya. Penelitiannya tentang sejarah orang-orang gila, yakni tentang mereka yang ditolak masyarakat, berhasil mengungkap formasiformasi bahasa dan diskursus yang telah menciptakan konsep pihak lain (the other)untuk hal ini, ia menggunakan deskripsi genealogis.


Imam al-Ghazali dalam Kitab Ihya’ Ulumuddin juz II mengatakan: “Sesungguhnya, kerusakan rakyat di sebabkan oleh kerusakan para penguasanya, dan kerusakan penguasa disebabkan oleh kerusakan ulama, dan kerusakan ulama disebabkan oleh cinta harta dan kedudukan; dan barang siapa dikuasai oleh ambisi duniawi ia tidak akan mampu mengurus rakyat kecil, apalagi penguasanya. Allah-lah tempat meminta segala persoalan.” (Ihya’ Ulumuddin II hal. 381).
Bagi Imam al-Ghazali, krisis yang menimpa suatu negara dan masyarakat berakar dari kerusakan yang menimpa para ulamanya. Karena itu, reformasi yang dilakukan Sang Imam dimulai dengan memperbaiki para ulama. Selain itu dalam pandangannya, pemimpin negara tidak boleh dipisah dari ulama.
Ulama tidak boleh ditinggalkan, sebagaimana agama tidak boleh ditinggalkan oleh negara. Ulamapun harus memberikan kontribusinya dengan nasihat dan peringatan terutama nasihat-nasihat akidah dan adab kepada pemimpin.
Usaha-usaha perbaikan politik yang di lakukan Imam al-Ghazali dengan menerapkan amar ma’ruf nahi munkar kepada ulama sekaligus kepada penguasa. Tahapan usaha yang dilakukan adalah, peringatan, kemudian nasehat.

Nah, berangkat dari pemikiran-pemikiran diatas, maka kalau kita lihat saat ini, apa yang terjadi di Republik Indonesia tercinta ini, di tanah Aceh Serambi Mekah, sangatlah memprihatinkan, kekuasaan menjadi ajang mengumpulkan uang, dan uang dapat membeli kekuasaan.

Betapa tidak, para Caleg harus menebar uang untuk menjadi anggota Dewan (termasuk anggota dewan yang ingin terpilih kembali), untuk mendapatkan uang mereka harus mendekatkan diri pada pengusaha yang punya uang, sehingga tidak heran bila akhirnya yang jadi Dewan harus segera kumpul uang untuk menutupi pengeluaran sebelumnya (atau mendapatkan proyek untuk pengusaha sebagai balas jasa) dan yang tidak jadi anggota Dewan menjadi gila atau setengah gila yang membuat mereka siap menjual segalanya untuk mendapatkan kembali uangnya (termasuk menjual harga diri dan imannya).

Kesimpulannya UANG lah yang berkuasa, karena semua akhir dari perjuangan menjadi Caleg menjadi anggota Dewan, tokoh politik menjadi MENTERI, pegawai, karyawan, prajurit, perwira  meniti karier menjadi  PEJABAT, Ulama atau Ustadz mendirikan Pesantren juga hanya mengejar bantuan Pemerintah dan lainnya, semuanya mengejar UANG bukan mengabdi pada masyarakat.

Maka tidak usah heran bila KPK berseteru dengan POLRI, tidak usah heran Dewan tidak mendukung KPK karena semua sama saja motivasinya ujung-ujung UANG yang membuat mereka semakin berkuasa, betapa tidak bila uang ada ditangan maka PENJARA hanya penginapan / hotel untuk tidur malam saja, buktinya Gayus Tambunan besar rekreasi keluar penjara kemana ia suka.


MONEY conclusion had the power, because all the end of the struggle became a member of Board candidates, political figures became MINISTER, servants, employees, soldiers, officers worked his way into OFFICERS, Ulama or Ustadz establish a boarding school also only pursue and other government assistance, all chasing MONEY not serve the community.

So do not be surprised if the Commission clashed with the police, do not be surprised Council does not support the Commission because it is all the same motivation MONEY ends which makes them more powerful, however not when the money is in the hands then PRISON only inn / hotel to sleep the night alone, the evidence Gayus Tambunan large recreation out of jail where he likes.

Akhirnya kita simak pusi Karya Anwari WMK yang merupakan ratapan hati kita masyarakat kecil.


WAKTU

di sebuah negeri.
waktu berhenti berputar
jam jam dinding meleleh
sebab
setiap napas
tanpa masa lampau
setiap sukma
tanpa masa depan

lihat.
bandit, bromocorah
copet, maling dan penipu
berbedak gincu di
istana istana kuasa
bersulang anggur pembesar negeri
serupa raja zaman purba
rakyat dipaham maknakan
ulat, cacing, dan belatung

di sebuah negeri.
waktu berhenti berputar
jam jam dinding meleleh
sebab
pembesar negeri
pesta pora tanpa henti
kala rakyat terbenam
genangan airmata
sebab
sekerat kemanusiaan
segumpal kerakyatan
dimuliakan dengan kepalsuan

dan engkau para pujangga
tersuruk labirin peradaban hantu
dan kalian kaum intelektual
dibisukan takdir kuasa dunia hitam
dan dirimu para agamawan
terhempas tsunami kemunafikan

ooh.....perih.
negeri itu ternyata indonesia.
ooh.....perih......
ooh.....

Jakarta, 24 September 2010


0 komentar:

Post a Comment

SHARETHIS

Share artikel ke: Facebook Twitter Google+ Linkedin Technorati Digg