Comments

Monday 2 March 2015

Potensi Laut Aceh (Proposal Pengelolaan Ikan Kering)

Nothing wrong with the one in the vision of President Jokowi is making Indonesia the world's largest maritime country. Because according to the Director of the Indonesian Maritime Institute (IMI) Dr. Julius Paonganan, M.Sc, the potential of Indonesian marine reaches sixfold State Budget (APBN). However, even though Indonesia is a country rich in marine, but the potential of maritime not fully utilized. Tak salah jika satu diantara visi pemerintahan Presiden Jokowi adalah menjadikan Indonesia sebagai Negara maritim terbesar di dunia. Karena menurut Direktur Indonesia Maritime Institute (IMI) Dr. Yulius Paonganan, M.Sc, potensi laut Indonesia mencapai enam kali lipat Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Namun, meskipun Indonesia merupakan negara yang kaya laut, tapi potensi kelautannya belum dimanfaatkan secara maksimal. “Total potensi ekonomi maritim Indonesia sangat besar. Diperkirakan mencapai Rp 7.200 triliun per tahun, atau empat kali lipat dari APBN 2014 (Rp 1.800 triliun) ,”ujar Yulius pada seminar bertajuk “Menggagas Maritime Policy di Negeri Bahari” di Jakarta beberapa waktu lalu. Dijelaskannya, potensi kelautan yang begitu besar pada dasarnya dapat mendorong pembukaan lapangan kerja. Namun, lantaran tidak dikelola dengan baik, maka hasilnya pun minim.”Ditaksir lapangan kerja yang tersedia sekitar 30 juta orang,” imbuhnya. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas dan banyak menyimpan kekayaan alam. Dengan luas lautan hampir 70% dari total keseluruhan luas negara Indonesia, Sebesar 14 persen dari terumbu karang dunia ada di Indonesia. Diperkirakan lebih dari 2.500 jenis ikan dan 500 jenis karang hidup di dalamnya, tetapi belum banyak dipahami betul nilainya bagi bangsa Indonesia. Pengelolaan perikanan akhir-akhir ini menjadi sangat menonjol tidak saja karena potensinya yang besar untuk memperbaiki kehidupan ekonomi rakyat, tetapi juga karena banyaknya pencurian-pencurian ikan di laut serta cara penangkapannya yang tidak berkelanjutan (sustainable). Walaupun sumber perikanan Indonesia cukup besar, karena hakikatnya yang di beberapa tempat cukup sensitif terhadap overeksploitasi dan pencurian, pengelolaannya pun harus dilakukan dengan hati-hati. Oleh karenanya sebagai negara yang memiliki banyak pulau, negara kita juga memiliki banyak laut yang berarti pula menghasilkan banyak ikan. Ikan merupakan bahan makanan yang banyak dikonsumsi masyarakat dalam dan bahkan luar negeri. Selain karena rasanya, ikan banyak disukai karena memberi manfaat untuk kesehatan tubuh yaitu mempunyai kandungan protein yang tinggi dan kandungan lemak yang lebih rendah dibanding sumber protein hewani lain. Namun, ikan cepat membusuk karena adanya bakteri dan enzym jika dibiarkan begitu saja tanpa proses pengawetan. Proses pengawetan ikan yang umum dilakukan adalah dengan penggaraman, pengeringan, pemindangan, pengasapan dan pendinginan. Berangkat dari uraian tersebut diatas, maka Aceh sudah selayaknya juga mulai memikirkan dan mengembangkan potensi kelautannya untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat nelayan serta mengembangkan usaha-usaha terkait seperti pengolahan ikan asin dan ikan kering lainnya yang cocok sekali untuk memanfaatkan hasil tangkapan nelayan yang saat musimnya melimpah ruah sehingga harga jualnya sangat murah. Usaha ini akan menjadi alternatif bagi masyarakat saat sedang musim tidak melaut baik karena badai maupun halangan lainnya, sehingga kebutuhan akan protein hewani tetap terpenuhi dan pengusaha ikan asin atau ikan kering, juga akan tetap mendapatkan pemasukan yang baik untuk kebutuhan hidupnya. Nah bagi anda yang tertarik ingin mengembangkan usaha pengolahan ikan asin ataupun ikan kering, silahkan download proposalnya disini dan budgetnya disini Semoga bermanfaat.

0 komentar:

Post a Comment

SHARETHIS

Share artikel ke: Facebook Twitter Google+ Linkedin Technorati Digg