Comments

Saturday 14 March 2015

How To Read a Book

Membaca tulisan Mortimer J. Adler & Charles Van Doren yang telah ditranlate ke Bahasa Indonesia dan dipublikasikan tahun 2007 setelah buku ini direvisi pada tahun 1972, maka yang teringat oleh saya adalah betapa lambatnya kita merespon buku yang demikian baiknya, terlebih lagi kalau membaca pengantarnya yang menyebutkan bahwa buku ini sudah terbit pertama kali tahun 1940. Pada blog saya ini, saya juga telah menulis "tehnik Membaca Cepat" tapi tampaknya tulisan tersebut tidak pernah dibuka oleh para browsing internet dan ini menunjukkan bahwa "membaca" tidak menjadi perhatian banyak orang, padahal kalau mau dikaji kembali Nabi Besar Muhammad SAW pun perintah pertama yang didapatnya adalah "BACA" jadi mengapa kita mengabaikan itu? Di era internet ini, arus informasi sangat deras. Dari informasi paling canggih sampai informasi paling sepele, bisa kita temukan di internet. Tapi seringkali juga yang terjadi adalah kita terbawa kebiasaan instan. Mencari informasi dari satu sumber saja tanpa mencari sumber lainnya untuk mengkonfirmasi. Mungkin ini disebabkan karena kita mulai melupakan kebiasaan membaca. Lebih parah lagi kalau kita merasa mengetahui sebuah berita hanya dari judulnya saja. Kebiasaan membaca harus ditanamkan sejak dini dan terus dipupuk agar generasi muda kita mempunyai pola pikir yang lebih kritis. Maka tidak mengherankan bila sering kali, jika seorang mahasiswa mendapat tugas skripsi atau makalah, dia merasa tegang melihat banyaknya buku yang harus dibaca. Jika dia tidak membaca, tulisannya akan terasa dangkal. Akan tetapi, untuk membaca bahan bacaan yang banyak dan tebal, dia merasa tidak sanggup. Demikian juga dengan profesional atau karyawan. Mereka sadar, dengan membaca bisa meningkatkan pengetahuan dan wawasannya. Namun, kapan dia bisa membaca jika setiap kali pulang ke rumah badan sudah sangat capek. Sebenarnya masalah membaca bisa diatasi jika memiliki keterampilan membaca cepat. Salah satu Presiden Amerika Serikat, Theodore Roosevelt, di tengah kesibukannya masih bisa membaca tiga buku setiap harinya. Sedangkan Presiden John Kennedy diketahui bisa membaca 1.000 kata per menit. Dengan memiliki keterampilan membaca cepat, maka bisa membantu kita dalam melaksanakan penelitian dan mencari dengan cepat keterangan atau informasi yang dibutuhkan. Kunci untuk bisa membaca dengan cepat adalah kesadaran bahwa tidak setiap kata yang tercetak di dalam buku harus dibaca. Dan, tidak semua detail dalam bacaan itu harus dipelajari. "Sayangnya, banyak pembaca yang merasa bersalah jika tidak membaca keseluruhan kata dalam kalimat. Padahal, cara seperti itu tidak efisien karena menghabiskan waktu," kata Soedarso, penulis buku Speed Reading: Sistem Membaca Cepat dan Efektif dalam seminar membaca cepat yang diselenggarakan Gramedia Penerbit Utama pada Gramedia Fair di Jakarta, Kamis (22/7). SEBELUM memulai belajar membaca cepat, hitunglah dulu kecepatan membaca yang dimiliki. Seseorang baru dikatakan mampu membaca cepat jika bisa membaca 1.000 kata per menit. Cara menghitung kecepatan membaca adalah carilah teks bacaan yang memiliki kolom yang sama, seperti kolom koran. Hitunglah dalam satu baris ada berapa kata. Misalnya setiap baris rata-rata memiliki lima kata. Kemudian mulailah membaca dalam satu menit. Hitung berapa baris yang bisa dibaca, lalu kalikan jumlah kata yang ada dalam satu baris. Angka yang didapat dari perkalian itu merupakan angka kecepatan membaca. Langkah pertama untuk mempercepat keterampilan membaca adalah berani membuat prioritas membaca. Jangan membaca yang tidak dibutuhkan. Buatlah katagori bacaan apa yang dapat menambah informasi, meningkatkan studi, meningkatkan karier dan pekerjaan. Jika memang masih mempunyai waktu luang, barulah membaca yang menarik perhatian. Permasalahan dalam membaca Banyak kebiasaan yang bisa menghambat dalam membaca cepat. Antara lain, vokalisasi atau membaca dengan mengeluarkan suara, membaca dengan gerakan bibir, menunjuk bacaan yang dibaca dengan jari, dan melakukan gerakan kepala. Ada kalanya kita mengulang apa yang dibaca karena tadi hanya membaca sepintas. Selain itu hambatan kecepatan membaca terjadi jika kita melakukan subvokalisasi atau melafalkan di dalam batin. Akibatnya, kecepatan membaca berkurang. Soedarso mengakui, hambatan kecepatan membaca itu biasa terjadi karena ingin berkonsentrasi, menghadapi bacaan yang sulit dan penting, bermaksud menghafal, atau berada di lingkungan yang gaduh. Selain itu, kecepatan membaca juga tergantung pada materi yang dibaca. Jika yang dibaca adalah bacaan ringan seperti fiksi maka bisa membaca dengan cepat. Namun, jika yang dibaca adalah bahan penelitian atau analisa, tentu lebih lama. "Jalan keluarnya, bacalah dulu ringkasan dari bacaan nonfiksi itu. Dengan demikian kita bisa lebih cepat memahami bacaan itu," kata Soedarso. Untuk meningkatkan kecepatan membaca, harus dilatih keterampilan dasar, yakni membaca dengan hanya mengandalkan gerakan mata, membaca frasa bukan kata, dan cepat mengenali kata kunci. Konsentrasilah untuk mendapatkan ide dan jangan melamun. Kecepatan membaca ini bisa dilatih dalam waktu dua sampai tiga bulan. Hal yang penting dalam membaca adalah memahami ide bacaan. Bukan mengoreksi kata per kata atau jika ada salah cetak. "Kita tidak perlu menguasai seluruh isi bacaan karena akan memperlambat membaca. Yang penting kita bisa memahami hingga 80 persen," tegas Soedarso. Untuk memudahkan mendalami buku, kita harus menemukan ide pokok pada setiap buku yang meliputi: ide pokok buku keseluruhan, ide pokok bab, ide pokok bagian bab, dan ide pokok paragraf. Ide pokok bisa didapat dengan cara melakukan skimming atau membaca garis besar untuk mendapatkan ide bacaan. Banyak orang mengartikan skimming sekadar menyapu halaman. Padahal, arti yang sebenarnya adalah suatu keterampilan membaca yang diatur secara sistematis untuk mendapatkan hasil yang efisien. Kemampuan menangkap ide pokok merupakan tahapan pertama untuk memajukan pemahaman. Untuk mendapatkan ide pokok dengan cepat, pembaca harus berpikir bersama penulis, mengikuti struktur dan gaya penulisannya. Jika ada yang penting dan harus diingat, tidak ada salahnya membuat catatan kecil atau ringkasan. Ini untuk memudahkan seseorang jika suatu waktu membutuhkan kembali informasi tersebut. Nah, ingin tahu lebih jauh tentang membaca, maka belilah buku How To read a Book karya Mortimer J Adler & Charles Van Doren, namun tentu saja bila anda bukan seorang Pembaca, atau ingin menjadi pembaca, maka tidak ada gunanya membeli buku tersebut kalau hanya akan jadi hiasan di almari saja, lebih baik anda kunjungi saja Perpustakaan saya di Leupung - maka anda dapat membaca secara gratis disana, he he he.....

0 komentar:

Post a Comment

SHARETHIS

Share artikel ke: Facebook Twitter Google+ Linkedin Technorati Digg